Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Setuju Jakarta Pasang Alat Modifikasi Cuaca

Kompas.com - 16/01/2013, 12:06 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyambut baik usulan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang menawarkan pemasangan alat modifikasi cuaca di Jakarta. Namun begitu, saat ini pihaknya masih memantapkan kajian terkait manfaat penggunaan alat canggih tersebut.

"Ya setuju sajalah, kenapa nggak boleh? Tapi, saya bilang, nanti kami pelajari dulu, biar didiskusikan," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Rabu (16/1/2013).

Sebelumnya, Direktur Teknologi Kebencanaan BPPT Isman Justanto mengatakan, usulan memasang alat modifikasi cuaca di Jakarta muncul dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Usulan tersebut didasari oleh prediksi akan adanya peningkatan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya pada Januari-Februari 2013.

Isman menjelaskan, alat tersebut bekerja sebagai radar yang mampu "mengendus" potensi hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah diketahui adanya potensi hujan tinggi, BPPT akan segera melakukan stimuli dengan teknik liquid, flare, atau powder, guna memecah hujan tersebut.

"Hujan dengan intensitas tinggi akan kita turunkan di laut atau di balik gunung. Tapi, kalau awan hitamnya sudah masuk ke Jakarta, awannya kita pecah supaya tidak turun di satu titik saja," kata Isman.

BPPT memiliki dua unit alat dengan biaya pembuatan per unitnya sekitar Rp 20 miliar tersebut. Berdasarkan kajian yang dilakukan BPPT, titik di Jakarta yang paling tepat untuk memasang alat modifikasi cuaca adalah di sekitar area Monumen Nasional (Monas). Untuk itu, BPPT tengah meminta izin kepada Pemerintah Provinsi DKI untuk segera memasang alat yang bisa dipasang berpindah-pindah itu.

Menanggapi itu, Basuki mengaku harus melakukan perhitungan terkait biaya yang akan dikeluarkan untuk alat modifikasi cuaca tersebut. Di lain sisi, dia belum mengungkapkan harga yang dipatok BPPT bila Jakarta ingin memiliki alat tersebut. "Iya, tapi kan harus bayar. Kalau gratis mah nggak usah ditawarin, jalan saja, kita terima-terima saja," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com