Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2013, 16:37 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menilai konsep proyek terowongan multifungsi (deep tunnel) yang digagas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belum memiliki konsep yang jelas. Hal itu menjadi kelemahan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menentukan program kerja.

"Itu harus dievaluasi dulu, konsepnya aja belum tahu, belum jelas," kata Djoko saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian Jakarta, Selasa (22/1/2013).

Menurut Djoko, pihaknya juga baru mendapat konsep deep tunnel itu dari Joko Widodo. Namun, ia masih belum jelas terhadap konsep yang telah diajukan kepadanya.

"Masalahnya begini, kalau saya tanya ke yang punya konsep, ini mau dijadikan flat way atau dijadikan reserved di bawah tanah, mereka juga bingung," tambahnya.

Sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa Jakarta membutuhkan saluran raksasa di dalam tanah atau disebut sebagai deep tunnel. Terowongan ini dibutuhkan untuk mengatasi persoalan banjir yang berimbas pada kemacetan parah.

Menurut Jokowi, deep tunnel nantinya bisa berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi. Deep tunnel yang dimaksud mirip dengan konsep smart tunnel yang ada di Kuala Lumpur.

Rencananya, deep tunnel akan membentang dari Jalan MT Haryono sampai Pluit. Selain dapat untuk mengantisipasi banjir, deep tunnel juga dapat digunakan sebagai tol, fiber optik, menyalurkan air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya.

Megaproyek ini diprediksi bernilai Rp 16 triliun dan akan didanai oleh investor. Diameter deep tunnel itu selebar lebih kurang 16 meter. Jokowi menargetkan megaproyek tersebut dapat diselesaikan lebih kurang empat tahun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com