Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ogoh-ogoh Karya Seni Harus Dibakar

Kompas.com - 09/03/2013, 23:04 WIB

Semangat dan darah seni itu terus berkembang pada anak muda di kota Denpasar Kabupaten Badung dan tujuh kabupaten lainnya di daerah ini dalam pembuatan ogoh-ogoh, untuk diarak sehari menjelang hari suci Nyepi.

Pada malam penggrupukan kali ini 1.480  desa adat di Bali, baik di kota maupun pedesaan akan mengarak ogoh-ogoh keliling desa masing-masing.

Ketua Panitia Pelaksana Parade Ogoh-Ogoh Kota Denpasar I Komang Astita menjelaskan, Pemkot Denpasar menggelar lomba ogoh-ogoh di setiap desa adat dengan menyediakan hadiah yang cukup menarik.

Tim yang dibentuk telah mendatangi setiap balai banjar untuk menilai ogoh-ogoh yang dibuat oleh masyarakat banjar setempat. Kriteria penilaian meliputi tema, pesan, dan unsur seni pada setiap ogoh-ogoh.

Tim penilai memilih lima ogoh-ogoh yang berhak diikutkan pada parade malam Pengerupukan, sementara yang lainnya hanya melakukan arakan-arakan dalam lingkungan wilayah desa adat masing-masing, berkoordinasi dengan Polsek dan Polres setempat.

Kepolisian Resor Kota Denpasar untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan mengerahkan 1.234 personel untuk mengamankan pawai ogoh-ogoh dam rangkaian Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Caka 1935.

Petugas itu dikerahkan mulai Sabtu (9/3) saat umat Hindu menggelar upacara "Melasti" atau upacara penyucian benda-benda sakral ke pantai dan sejumlah sumber mata air, hingga sehari setelah Hari Raya Nyepi pada Rabu (13/3).

Demikian pula Polres di delapan kabupaten lainnya di Bali juga melakukan antisipasi dan persiapan yang sama, sehingga rangkaian Hari Suci Nyepi dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Alihkan ke PKB

Ketua Program Studi Pemandu Wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Drs I  Ketut Sumadi M.Par berpendapat, pawai atau arak-arakan ogoh-ogoh pada malam penggrupukan menjelang Nyepi itu ke depan bisa dialihkan untuk memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar setiap tahun pada bulan Juni.

Pawai hasil kreativitas anak-anak muda itu sangat rawan terjadi bentrok antar pengusung ogoh-ogoh yang memicu terjadinya bentrok warga antarbanjar. Pertimbangan pengalihan waktu itu juga didasarkan atas rasa, karena pawai ogoh-ogoh yang dilakukan secara meriah, identik dengan menghibur diri untuk bersenang-senang.

Padahal saat itu umat Hindu mulai bersiap-siap melaksanakan Tapa Brata Penyepian, empat pantangan, salah satunya di antaranya amati lelanguan yakni tidak mengumbar hawa nafsu maupun tidak mengadakan  hiburan atau bersenang-senang.

Tiga pantangan lainnya meliputi amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan kegiatan) dan amati lelungan (tidak bepergian).

Pengalihan pawai ogoh-ogoh dari malam penggrupukan Nyepi sekaligus untuk menambah kesemarakan PKB, karena tidak akan mengurangi arti dan makna malam pengrupukan.

"Rangkaian kegiatan ritual untuk tingkat rumah tangga atau desa adat tetap dilaksanakan seperti selama ini, termasuk diantaranya yang disebut ’mebiu-biu’ pada waktu sandikala dengan sarana berupa sesajen, api dayuh (daun kelapa kering), air suci dan suara kulkul," tuturnya.

Dengan kegiatan ritual di tingkat rumah tangga yang sederhana seperti itu, seluruh anggota keluarga siap-siap untuk melaksanakan Tapa Brata Penyepian.

Jika pawai ogoh-ogoh selama ini terkesan menonjolkan kesenangan untuk menghibur diri, sehingga kurang pas, karena keesokan harinya melaksanakan empat pantangan dengan mengurung diri dalam rumah, ujar Ketut Sumadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com