Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Belum Perlu Memeriksa Ibas

Kompas.com - 20/03/2013, 21:04 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merasa belum perlu memeriksa Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) terkait dugaan penerimaan aliran dana dari kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet. Dugaan ada aliran dana mengalir ke Ibas bermula dari pengakuan mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, Yulianis.

"KPK memanggil seseorang sebagai saksi karena kebutuhan untuk diperiksa atau tidak, bukan bergantung siap atau tidaknya. KPK mengapresiasi Ibas yang menyatakan siap diperiksa, namun sejauh ini belum diperlukan keterangannya," kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Rabu (20/3/2013). Dia menanggapi pernyataan Ibas yang mengaku siap diperiksa jika KPK memiliki fakta hukum terkait pengakuan Yulianis soal aliran dana tersebut.

Sore tadi, Ibas melaporkan Yulianis ke Polda Metro Jaya atas tuduhan pencemaran nama baik. Dalam pemberitaan salah satu surat kabar nasional, Yulianis membenarkan ada aliran dana Grup Permai 200.000 dollar AS ke Ibas saat Kongres Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat, Mei 2010.

Menurut Johan, informasi yang disampaikan Yulianis ini belum tentu benar. Informasi tersebut, katanya, masih perlu diuji kebenarannya atau divalidasi. "Validasi KPK itu tidak selalu harus memanggil orang per orang," tambah dia.

Johan menambahkan, Yulianis tidak hanya menyebut satu orang terkait laporan keuangan Grup Permai. Ada sejumlah orang selain Ibas yang disebut mendapat aliran dana dari kelompok usaha milik mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin tersebut. "Yulianis kan sudah sebut tidak hanya satu dua orang, tapi puluhan orang, catatan itu tidak hanya satu dua orang," katanya.

Yulianis merupakan salah satu saksi penting dalam mengungkap kasus-kasus dugaan korupsi yang melibatkan Nazaruddin dan Grup Permai. Yulianis yang memegang catatan keuangan perusahaan tersebut kini di bawah perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com