Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soekma Djaja, Potret Keluarga Betawi Menghadapi Modernisasi

Kompas.com - 28/03/2013, 11:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com--Setelah sukses dengan tiga sandiwara Betawi “Cinta Dasima” (2009), “Doel” (2010) dan “Sangkala 9/10” (2011), Ikatan Abang None Jakarta (IANTA) kembali mempersembahkan Teater Abnon dalam pementasan sandiwara Betawi dengan lakon “Soekma Djaja”. Pentas hasil kerjasama IANTA, Diatone Asia dan Djarum Apresiasi Budaya ini akan digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada 5 – 6 Juni 2013 bersamaan dengan perayaan ulang tahun DKI Jakarta yang ke-486.

“Kami merasa undangan dari GKJ untuk membuka Jakarta Anniversary Festival XI, adalah kesempatan yang tepat untuk Teater Abnon (Abang-None) kembali berkarya. Kami membuka kesempatan kepada wajah baru anggota Teater Abnon untuk berpartisipasi mengenalkan budaya Betawi. Kali ini dikemas dengan latar belakang kehidupan keluarga seniman Gambang Kromong yang memotret kehidupan generasi muda”, jelas Maudy Koesnaedy selaku produser pementasan Soekma Djaja.

Renitasari Adrian, selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation menambahkan, “Djarum Apresiasi Budaya dengan senang hati mendukung pementasan Teater Abnon di bulan Juni nanti. Kami harap melalui Soekma Djaja, para generasi muda baik Abnon maupun masyarakat Jakarta lainnya tergerak untuk lebih memperhatikan dan merasa lebih dekat dengan kesenian daerahnya, karena kesenian dan tradisi juga merupakan bagian dari kekayaan bangsa kita”.

Sementara menurut Endo Sasongko, perwakilan dari Diatone Asia, kesenian yang berbau tradisi dinilai sudah mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Oleh karena itu sebagai promotor, Diatone Asia turut berperan serta membantu Teater Abnon dalam pelaksanaan pertunjukan. “Kami yakin warna kebudayaan Betawi yang dikemas dengan sangat menarik mampu menyampaikan pesan moral dengan cara yang dapat dinikmati berbagai kalangan”, ujarnya.

“Tahun ini kami mengundang Teater Abnon untuk membuka rangkaian acara tahunan kami, Jakarta Anniversary Festival XI, yang juga merayakan ulang tahun DKI Jakarta yang ke-486. Teater Abnon yang mengangkat cerita tentang Gambang Kromong, kami harap dapat menjadi sarana untuk berbicara pada masyarakat Jakarta tentang kondisi nyata yang sekarang terjadi di Betawi”, ujar Bambang Subekti selaku perwakilan Gedung Kesenian Jakarta yang hadir dalam konferensi pers hari ini.

Sandiwara ini akan dimeriahkan dengan penampilan seni pertunjukan tradisional dan kontemporer, yang dikemas dalam bentuk cerita yang unik, menarik, serta modern. Sebanyak 30 Abang-None Jakarta, yang tergabung dalam IANTA dilibatkan dalam lakon “Soekma Djaja” ini. Selain itu, pementasan musikal Betawi kali ini juga akan mengkolaborasikan harmonisasi musik tradisional Betawi dan pop Indonesia, dengan dekorasi panggung dan penataan cahaya yang dikemas dengan apik.

Disamping kerja keras para pemain dan seluruh kru dalam memaksimalkan kualitas sebuah pementasan sandiwara Betawi, yang menjadi poin utama dari pertunjukan Soekma Djaja adalah pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat Indonesia, khususnya di ibukota; yaitu untuk bersama-sama memberikan kontribusi positif kepada pemerintah daerah dalam memajukan kesenian Betawi, dan menyebarkan semangat kepedulian terhadap kesenian Betawi di tengah-tengah arus modernisasi.

(***)

Tentang Soekma Djaja

Sinopsis

Sandiwara Betawi, Soekma Djaja menuturkan potret kehidupan sebuah keluarga Betawi pinggiran yang masih mempertahankan tradisi musik Betawi, Gambang Kromong.

Dikisahkan keluarga seniman ini, hidupnya semakin sulit karena desakan ekonomi yang tidak dapat dipenuhi dari pemasukan sebagai penggiat Gambang Kromong. Apalagi tradisi musik ini semakin tergerus oleh arus zaman modern.

Berbagai cara pun dilakukan oleh keluarga Maman Djaja untuk bertahan hidup. Namun Jay, si sulung peraih beasiswa di kampus ternama, sama sekali tidak berminat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kesenian Betawi. Kesenian tradisional dianggapnya tidak bisa memenuhi kepentingan ekonomi keluarga. Sementara Yadi, si bungsu yang duduk di bangku SMA, malah bertekad untuk meneruskan usaha keluarganya tersebut.

Dunia kampus yang penuh warna dan kerasnya kehidupan jalanan, terpadu dalam kisah pencapaian cita-cita di ibukota tercinta,Jakarta. Sanggupkah keluarga Maman Djaja bertahan?

Harga Tiket

VIP: Rp 250.000,-

Kelas 1: Rp 200.000,-

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com