Wakil Presiden Boediono menyampaikan hal itu dalam sambutannya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional IV Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Jakarta, Rabu (8/5). ”Inflasi adalah proses yang diam-diam menggerogoti kemampuan ekonomi. Harus dijaga agar jangan lepas kendali,” kata Boediono.
Pengendalian yang tepat akan menjaga inflasi jangka menengah-panjang. Oleh karena itu, perlu introspeksi, apakah langkah-langkah pengendalian saat ini sudah tepat.
Selain itu, inflasi juga sangat bergantung pada faktor dominan, yakni logistik. Kondisi ini merupakan perpaduan interaksi uang dan barang.
”Saya setuju, fokus pada keamanan pangan di daerah untuk keberhasilan pengendalian inflasi,” ujar Boediono.
Beberapa waktu terakhir, bahan pangan seperti beras, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih, menjadi penyumbang inflasi. Padahal, bagi kelompok masyarakat miskin, porsi biaya untuk pangan bisa mencakup 70 persen dari keseluruhan biaya hidup.
Tahun ini, target inflasi berkisar 3,5-5,5 persen. Inflasi tahunan per April 2013 sebesar 5,57 persen. Adapun inflasi tahun 2012 sebesar 4,3 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam acara Rakornas IV TPID mengemukakan, tantangan pengendalian inflasi tetap berat. Tantangan utama berupa harga pangan yang mudah berubah akibat pengaruh iklim dan dinamika pangan.
”Akibat kesenjangan ekonomi, harga pangan menjadi rentan,” kata Darmin.
Saat ini TPID sudah ada
Darmin mengingatkan, TPID juga turut mendorong kapasitas perekonomian Indonesia. Di antaranya dengan mengelola ekspektasi inflasi.
Sementara itu, Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah V Jawa Tengah dan DIY terus menyosialisasikan Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (Sihati) kepada sejumlah pemerintah kabupaten/kota di Jateng. Meskipun demikian, hingga saat ini sistem tersebut masih terkendala konsistensi data dan kompetensi sumber daya manusia.
Sihati bisa diakses masyarakat melalui internet dan layanan pesan singkat.