jakarta, kompas
”Dengan membangun wahana, dapat menekan kemungkinan kenaikan harga tiket masuk. Pembangunan wahana sekaligus mendorong terjadinya subsidi silang pembiayaan Ragunan,” kata Ketua Komisi B (Bidang Perekonomian) DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin, Senin (17/6).
Dia berkeyakinan, kerja sama dengan pihak swasta bisa meningkatkan sumber pendapatan. Selama ini, Ragunan sudah dikelola baik, tetapi kekurangan dana operasional.
Rencana pelibatan swasta dalam pengelolaan Ragunan sudah pernah muncul dua tahun silam. Wacana yang pernah mencuat adalah pembangunan children zoo atau kebun binatang untuk anak-anak. Namun, kerja sama itu kandas karena kerumitan birokrasi.
Sebagai unit pelaksana teknis yang berada di bawah dinas, Ragunan tidak bisa bekerja sama tanpa persetujuan dari dinas dan badan pengelola keuangan daerah (BPKD). Jadi, prosesnya panjang dan lama.
”Kalau Wakil Gubernur sudah melontarkan wacana itu, sebaiknya cepat saja. Pemprov DKI cukup memanggil BPKD dan pihak ketiga untuk kerja sama lalu awasi pelaksanaannya. Kalau menunggu Ragunan bergerak, akan lama,” kata Selamat.
Ragunan merupakan taman margasatwa terbesar dan termurah di Indonesia. Harga tiket masuknya tergolong murah dibandingkan dengan kebun binatang lain, yaitu Rp 5.000 per orang.
Pekan lalu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memunculkan wacana tentang perlunya kerja sama pengelolaan Ragunan dengan pihak ketiga. Saat ini, pengelolaan tempat itu dirasa belum optimal.
Secara terpisah, Wakil Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Agus Rochyadi menyatakan siap jika pihaknya ditunjuk mengelola Ragunan. Selain berpengalaman menangani satwa dan menata kawasan wisata, kerja sama itu juga menjadi peluang mengembangkan bisnis.
”Secara prinsip kami siap mengelola (Ragunan), baik sebagian maupun seluruhnya. Sejak tahun 1975, kami merawat beberapa jenis binatang, seperti burung, reptil, dan mamalia laut berikut dokter dan laboratoriumnya,” kata Agus.
Agus menambahkan, selain merawat binatang, PT Pembangunan Jaya Ancol juga memiliki pengalaman membangun kawasan berdasarkan tata kelola lingkungan yang baik. Pengalaman itu bisa ditularkan untuk mengembangkan Ragunan.
Penawaran secara lisan, kata Agus, telah disampaikan Basuki. Namun, rencana kerja sama belum dibahas lebih rinci.
Aktivis gerakan kota hijau, Nirwono Joga, mengingatkan, perubahan pengelolaan Ragunan jangan sampai mereduksi fungsi utamanya sebagai hutan kota.
Dengan luas mencapai 140 hektar, Ragunan merupakan hutan kota terbesar di Jakarta. Ragunan bisa menjadi penyeimbang lingkungan bagi Jakarta.(NEL/FRO/MKN/NDY)