Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-Kebakaran, DKI Tak Akan Tata Instalasi Listrik Kawasan Ilegal

Kompas.com - 10/09/2013, 16:12 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan Pemprov DKI tak akan menata ulang instalasi listrik pasca-kebakaran di sejumlah kawasan kampung kumuh di Jakarta.

Alasan Basuki sederhana. Menurutnya, kebanyakan kawasan kumuh itu merupakan kawasan ilegal yang berdiri di atas lahan negara. Rata-rata warganya tidak memiliki surat izin mendirikan bangunan (IMB). "Enggak bisalah ya karena mereka di daerah-daerah permukiman terlarang," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Selasa (10/9/2013).

Namun bila kawasan itu merupakan daerah yang sesuai dengan peruntukannya, maka Pemprov DKI akan membantu merombaknya sejalan dengan program penataan kampung atau bedah kampung. Oleh karena itu, Pemprov DKI terus mendorong warga yang menetap di daerah ilegal untuk segera menetap di rumah susun.

Berdasarkan informasi yang didapatnya, ia mengatakan bahwa hampir semua peristiwa kebakaran disebabkan korsleting listrik. Hal itulah yang kemudian menyebabkan listrik menjadi mudah panas dan terbakar. Inilah yang kemudian memicu banyak kebakaran di kawasan padat dan kumuh di Jakarta. 

Basuki menegaskan jika di kawasan kumuh itu terjadi kebakaran, Pemprov DKI akan memberikan surat edaran kepada warga agar tidak membangun kembali permukiman di wilayah tersebut. Jika tetap membandel, maka Pemprov DKI tak akan segan-segan membongkarnya.

Sementara itu, apabila kawasan itu memiliki surat tanah yang jelas, maka pihaknya akan melakukan penataan kampung melalui kampung deret.

Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI Subejo mengatakan, buruknya tata instalasi listrik di kawasan padat penduduk menjadi faktor penyebab terjadinya kebakaran.

"Perawatan dan pengamanan sangat kurang. Mereka alasannya enggak punya duit," kata Subejo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com