Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Raya Waspada Banjir

Kompas.com - 14/11/2013, 07:51 WIB

Adapun pola pengangkutan sampah yang selama ini dilakukan masih mengandalkan cara manual. Sampah dari saluran air diangkut truk kemudian dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang tersebar di Kali Angke, Pluit, Pintu Air Manggarai, dan Kali Sunter Jalan Perintis Kemerdekaan.

Di sejumlah ruas aliran air, masih ada sampah yang belum terangkut. Penyebabnya adalah belum padunya kerja sama antarlembaga pemangku kepentingan tentang penanganan banjir. Di Kali Baru, Jakarta Timur, misalnya, sampah masih menumpuk tepatnya di sekitar saringan air tidak jauh dari Pusat Grosir Cililitan (PGC).

Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta Joko Susetyo berpendapat, pembersihan sampah di tempat itu bukan tanggung jawabnya, melainkan tanggung jawab dinas kebersihan.

”Sejak 1 April kewenangan penanganan kebersihan di saluran itu menjadi tanggung jawab dinas kebersihan,” kata Joko.

Sementara Kepala Dinas Kebersihan Unu Nurdin mengaku, penanganan sampah di saringan itu bukan tanggung jawabnya. Sebab, sarana itu belum diserahkan kepada dinas kebersihan.

Terkait kebersihan di saluran, pekan lalu, Gubernur Joko Widodo meminta lurah dan camat menggerakkan warganya menjaga saluran yang dibersihkan. Kebersihan saluran air sepenuhnya bergantung pada peran warga. ”Tanpa peran warga, lupakan saluran bersih dari sampah,” kata Jokowi.

”Kami jelas tidak bisa memaksa mereka untuk terus berbicara secara intens. Zaman otonomi daerah, kan, tergantung maunya wali kota atau bupati. Mungkin harus ada otoritas khusus juga seperti transportasi,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Menurut Basuki, koordinasi antardaerah dalam menanggulangi banjir tidak cukup sekadar menggelar pertemuan dan pembicaraan tanpa aksi nyata para kepala daerah.

Dia mencontohkan, di Depok banyak daerah yang kontur tanahnya rendah di tepi Kali Ciliwung. Kawasan itu seharusnya tidak boleh diuruk untuk hunian. Namun, yang terjadi banyak berdiri perumahan.

”Kami berharap Depok tidak memberikan izin pembangunan perumahan di daerah yang konturnya rendah karena pasti diuruk dan membuat air lari ke Jakarta. Namun, kami enggak bisa memaksa mereka,” ujarnya.

Hal yang sama juga terjadi di Jakarta. Basuki mengakui, daerah yang konturnya rendah justru banyak dibangun untuk perumahan. Upaya untuk merelokasi warga di daerah rawan banjir, terutama bantaran kali, sulit dilakukan dan sering berujung konflik.

”Jawaban mereka senada. Banjir hanya setahun sekali, yang penting tinggal dekat tempat kerja. Makanya, kami dorong terus relokasi ini agar normalisasi sungai bisa jalan,” katanya.

Saat ini yang paling bisa dilakukan adalah memastikan di pintu air tidak ada sampah, setidaknya Pintu Air Manggarai yang merupakan jalan air utama. Jika sampah sudah tersangkut di pintu air, pompa macet lagi. Sayangnya, sampah di sungai masih terlalu banyak dan tersangkut di pintu-pintu air.

Koordinator Komunitas Peduli Ciliwung Bogor Een Irawan Putra menilai persoalan Ciliwung sebenarnya klasik, tetapi tidak juga terselesaikan, yakni banjir, sampah, dan penyerobotan lahan bantaran. (FLO/BRO/MDN/MKN/FRO/WIN/PIN/JOS/NEL/HRS/ZAK/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com