Kehadiran para pedagang di sepanjang Jatibaru X pada Minggu kemarin membuat jalan tersebut sumpek dan kumuh. Sebagian besar pedagang menjual busana muslim, terutama untuk perempuan.
Mereka berebut pembeli dengan para penjual yang memiliki kios permanen di jalan tersebut.
Minggu sore itu, beberapa petugas satpol PP duduk berjaga di mobil dinas yang diparkir di mulut Jalan Jatibaru X.
Seorang perempuan pedagang asal Cirebon, Jawa Tengah, mengaku memilih tetap berjualan di lantai tiga karena tidak kebagian tempat di Jalan Jatibaru X.
”Saya bisa bertahan di sini karena ketitipan menjaga tiga gerai kawan pedagang lain yang berdagang di bawah. Sebulan saya dibayar Rp 100.000. Jadi, untuk tiga gerai saya mendapat Rp 300.000. Kalau ngga dapat pemasukan bulanan dari mereka, saya sudah ngga di sini,” ujarnya.
Ia membeli pakaian perempuan dari sentra produsen pakaian di Tegal Gubuk, Cirebon. Menurut dia, saat berdagang di trotoar, ia bisa mengantongi uang dari Rp 300.000 sampai Rp 500.000 setiap hari. Bahkan, pada bulan puasa omzetnya bisa Rp 1 juta sehari.
”Jadi, kalau dulu sehari bisa Rp 300.000, sekarang saya sebulan cuma terima Rp 300.000 dari upah menjaga gerai teman,” tuturnya.
Dengan berbagai cara, Jokowi terus berusaha membujuk pedagang kecil kembali berdagang di lantai tiga dan tidak berdagang di trotoar atau tepi jalan yang membuat lalu lintas sekitar macet. Sebelum merenovasi pusat jajan, Jokowi telah memenuhi permintaan pedagang dengan menambah tangga baja, eskalator, dan jembatan penghubung ke gedung F. (WIN)