"Yang kerja paling datang jam 3 sore, tapi jam 5 sudah pergi lagi," ujar Ifah, pedagang pakaian yang tokonya berada tepat di sisi kanan jembatan, Selasa (15/4/2014).
Menurut Ifah, alat berat dan tiang-tiang beton yang dibiarkan di pinggir jalan sudah diletakkan sejak 2 bulan lalu. Namun, hingga kini, belum ada pengerjaan yang konsisten dari pekerja.
Kemacetan yang panjang juga sering terjadi. Selain menghalangi kendaraan yang melintas, proyek pengerjaan yang terkesan lambat, menimbulkan dampak negatif bagi pedagang. Ifah mengatakan, sejak kemunculan alat berat di tempat tersebut, pembeli yang datang jadi berkurang. Menurutnya, per hari dirinya bisa merugi hingga Rp 1 juta.
"Pembeli jadi malas untuk datang, apalagi yang membawa kendaraan," ujar Ifah.
Hal tersebut juga dikatakan oleh Mohammad Nur, pedagang pakaian yang berada di lokasi tersebut. Sejak ada proyek pengerjaan jembatan, dirinya kehilangan pendapatan hingga 80% per hari.
Para pedagang mengatakan, mereka pernah menanyakan kepada pekerja mengenai kelanjutan proyek tersebut. Namun, para pekerja tidak memberikan jawaban yang jelas.
Pantauan Kompas.com, terdapat tujuh kios pedagang yang lokasinya terhalang oleh tiang pancang. Alat berat yang berada di pinggir jalan, dibiarkan tanpa pengawasan petugas. Tidak ada satu pun petugas yang terlihat di lokasi tersebut.
Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Suku Dinas Pekerjaan Umum Jakut, Sugoro Sinaga, mengatakan, proyek tersebut masih terkendala lelang. "Sekarang sudah diatur mengenai Unit Layanan Pelelangan (ULP) di Balaikota. Mungkin berkaitan dengan pemenang tender," ujar Sugoro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.