Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkecil Jurang Kaya-Miskin

Kompas.com - 24/11/2014, 14:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sederet pekerjaan rumah menanti Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Salah satunya memperkecil ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Sejumlah warga berharap ”kue” kesejahteraan tersebar lebih merata ke penjuru Ibu Kota.

Anung Sarjita, Ketua Rukun Warga (RW) 014 Kelurahan Tanjung Priok, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, menilai, jarak antara warga kelas atas dan bawah semakin lebar. Ketimpangan ekonomi mendorong tindak kriminal dan konflik sosial di tengah masyarakat.

Anung menduga tertangkapnya 38 orang di kampungnya karena kasus narkoba, 8 November 2014, terkait dengan kondisi sosial ekonomi. Mereka tak terakomodasi lapangan kerja dan terjerat jaringan pemakai atau pengedar. ”Seusai penggerebekan polisi, beberapa warga melaporkan kasus pemerasan, saya kira hal itu berkaitan,” ujarnya.

Ketua RW 019 Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Ricardo Hutahaean, menambahkan, gubernur harus memberi warga miskin kesempatan untuk mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan bahan pangan yang setara dengan warga lainnya. Perhatian lebih bagi kalangan marjinal menipiskan jurang kaya-miskin.

Di sektor ekonomi, lanjut Ricardo, kebijakan Pemerintah DKI Jakarta diharapkan bisa memberdayakan warga berpenghasilan rendah. Warga berharap program Kartu Jakarta Pintar dan bedah kampung dievaluasi agar lebih efektif dan tepat sasaran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, ketimpangan distribusi pendapatan penduduk Jakarta tergolong rendah. Tahun 2010, kue pendapatan yang dinikmati kelompok berpenghasilan rendah 18,25 persen, tetapi turun menjadi 15,67 persen pada 2012.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan menyelesaikan persoalan terkait perumahan, infrastruktur jalan dan pengairan, serta pemenuhan air bersih.

Indonesia Water Institute mengatakan, hingga 2012, cakupan air bersih baru melayani 46 persen dari 10,1 juta jiwa populasi di Jakarta. Sisanya, memenuhi kebutuhan air bersihnya dari sumur air tanah yang mencapai 248 juta meter kubik per tahun. Namun, air tanah yang dibayar pajaknya hanya sekitar 8,9 juta meter kubik per tahun.

Kampung apung

Sesepuh Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, mengingatkan Pemprov DKI Jakarta yang telah berjanji akan memulihkan kawasan di RW 001 tersebut hingga menjadi tempat layak huni.

Menurut Zuhri, pada 1987 sampai 1988, banjir mulai masuk halaman warga karena sejumlah bangunan pergudangan menutup gorong-gorong. Pada 1988, banjir mulai datang setelah kawasan ini menjadi pusat pergudangan dan pabrik.

”Sampai akhirnya 1991, kawasan pemakaman pun tergenang dan menjadi rawa hingga kini,” kata Zuhri.

Ia mengatakan, kawasan RW 001 menjadi Kampung Apung bukan karena kesalahan warga, melainkan kesalahan kebijakan tata ruang Pemprov DKI.

Pada 2011, dilakukan proyek pembangunan saluran air dan rumah pompa senilai Rp 14,75 miliar. Pada 2013, proyek serupa senilai Rp 12,5 miliar kembali bergulir, tetapi proyek saluran air itu tak pernah tuntas.

Belakangan, Pemprov DKI mengulang kesalahan lagi. Proyek pengeringan lahan makam terhenti. Akibatnya rawa makam tersebut dipenuhi eceng gondok. Padahal, warga sudah mengorbankan lahan peternakan lelenya dengan membongkar 56 kolam lele. Dana yang dihabiskan Pemprov pun sia-sia.

Mengatasi banjir di Jakarta memang tidak mudah. Selain di Kampung Apung, proyek normalisasi Ciliwung pun tak kunjung bisa terlaksana karena pembebasan lahan tidak juga tuntas. Di sisi lain, lahan untuk relokasi warga tergusur belum sepenuhnya tersedia.

Orang seperti Zuhri dan warga lainnya berharap segera ada terobosan berarti yang membuat Jakarta menjadi lebih manusiawi dihuni oleh masyarakat dari berbagai kelas ekonomi. (MKN/MDN/WIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com