Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penertibkan PKL di Blok G Tanah Abang Perlu Trik Khusus

Kompas.com - 07/04/2015, 23:35 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinilai memerlukan trik khusus dalam menertibkan pedagang kaki lima (PKL) di Blok G di pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pasalnya, salah satu pusat niaga di Ibu Kota itu didominasi PKL ketimbang pedagang pasar.

Lalu apa hubungannya PKL dengan penertiban? Berikut penjelasan dari pengamat perkotaan, Azas Tigor Nainggolan.

"Karakter PKL dengan pedagang pasar itu beda. Kalau pedagang pasar sifatnya menunggu pembeli, tapi kalau PKL jemput bola. Artinya, dimana ada pembeli, pasti dikejar. Blok G kan awalnya didominasi PKL, bukan pedagang pasar," ujar Azas Tigor kepada Kompas.com, Selasa (7/4/2015).

Azas Tigor menilai, penertiban terhadap PKL tidak bisa dilakukan begitu saja. Menurutnya, penerapan yang dilakukan Pemprov selama ini masih kurang tepat. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan Pemprov DKI agar PKL dapat dijinakkan.

"Harusnya ada proses pendampingan, pelayanan dan pemberdayaan. Kalau itu diterapkan dengan benar, maka dalam tempo satu tahun masalah tersebut bisa teratasi. Untuk saat ini, Blok G bisa dikatakan sebagai Blok Gagal," ungkapnya.

Artinya, lanjut Azas Tigor, ada banyak pihak yang dilibatkan dalam proses pendampingan tersebut. Ia menilai selama ini Pemprov tidak terbiasa dengan pola kerja pendampingan tersebut.

"Ini masalah konsistensi. Pemprov DKI harus kerja bareng. Kalau program pemberdayaan masyarakat saja sulit dijalankan, bagaimana mau melakukan proses pendampingan?" sesal Azas Tigor.

Belum lagi, lanjut Azas Tigor, jika dilihat dari program dalam APBD yang lebih mengandalkan proyek daripada pendampingan. Termasuk juga di kawasan Blok G Tanah Abang. Pendekatan yang dilakukan terhadap Blok G lebih ke arah pelaksanaan proyek daripada proses pendampingan. Sehingga ujung-ujungnya, penertiban akan berkaitan dengan uang setoran oknum tertentu.

"Pendekatan Blok G itu proyek, kerap berkaitan dengan perputaran uang. Jadi, Pemprov DKI nggak bisa cuma pikirkan masalah proyek doang. Ini kan menyangkut PKL yang perlu pendampingan. Coba saja cek, tidak ada program di APBD yang terkait pendampingan PKL," paparnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama menegaskan bakal menindak pihak-pihak yang menyewakan lahan DKI kepada para PKL untuk berjualan, dan mengakibatkan kemacetan panjang serta kesemrawutan di kawasan itu.

"Anda menyewakan tanah negara untuk lahan korupsi dan menjual lapak mereka untuk PKL, itu dipenjara saja sudah, bos-bos premannya di sana," kata Ahok di Balai Kota, Senin (6/4/2015) lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Megapolitan
Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Pemprov DKI Larang "Study Tour", Korbankan Pengalaman Anak

Megapolitan
PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

Megapolitan
Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com