Bocah berusia delapan tahun itu berinisial AD. Sudah hampir satu bulan terakhir, siswa kelas dua sekolah dasar ini terpaksa tidur di pos petugas satuan pengamanan yang berjarak 50 meter dari rumah orangtuanya di kompleks Citra Gran Cibubur, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
Selain tidur di pos, kadang dia juga kami mandikan dan belikan makanan," kata Boih Susanto, salah satu petugas satpam kompleks perumahan itu, Kamis (14/5).
AD adalah anak ketiga dan satu-satunya anak lelaki dari pasangan UP dan NS yang sudah 15 bulan mengontrak rumah di kompleks tersebut. Selain AD, pasangan itu juga memiliki empat anak perempuan, yakni saudari kembar C dan L (10), A (5), dan D (4).
Kamis siang, tim gabungan kepolisian, Kementerian Sosial, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta sejumlah mitra mengamankan AD dan empat saudaranya dari rumah tersebut. Pihak-pihak ini menduga telah terjadi sesuatu yang sangat salah terhadap anak-anak ini.
Polisi bahkan sampai mendobrak masuk ke dalam rumah setelah tuan rumah menolak membukakan pintu secara baik-baik buat tim gabungan itu.
"Kami terpaksa mendobrak pintu itu. Saat masuk, kami merinding karena penghuninya seperti tinggal di tempat sampah. Kondisi di dalam rumah sungguh berantakan, penuh sampah. Seluruhnya berantakan, mulai dari meja, kursi, barang-barang, hingga pakaian. Kami tidak tahu mana WC, mana dapurnya," tutur Kepala Unit I Kejahatan dengan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Buddy Towoliu.
Hingga Kamis malam, bocah-bocah itu berada dalam perlindungan sebuah rumah aman (safe house) di dekat perumahan mereka. Sementara kedua orangtua mereka, UP dan NS, masih diperiksa polisi untuk mengungkap apa sebenarnya yang terjadi.
Sering kelaparan
Menurut Boih, AD kerap datang ke pos satpam untuk menanyakan makanan karena dia kelaparan. Awalnya, para petugas heran karena bocah itu bukan berasal dari keluarga ekonomi rendah.
Meskipun berstatus mengontrak rumah dua lantai tersebut, orang tua AD diyakini memiliki kemampuan ekonomi di atas rata-rata. Ada dua mobil terparkir di garasi rumah itu, sebuah Honda Odyssey dan satu sedan BMW 318i. Bahkan, ada dua mobil lain yang kerap diparkir di luar blok tempat rumah itu berada, yang diyakini warga adalah milik keluarga itu.
Namun, menurut pengakuan para tetangga, baik UP, NS, maupun keempat anak perempuan mereka nyaris tak pernah berinteraksi dengan warga sekitarnya. Mereka menutup diri dari lingkungan. Hanya AD yang kerap terlihat di luar rumah.
Menurut Sugeng Pribadi, Ketua RT 003 RW 011 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, AD terpaksa tidur di pos satpam karena dilarang pulang ke rumah oleh orangtuanya. "Setelah tahu dia tinggal di pos satpam, warga bergantian menampung anak itu tidur dan memberi makan," kata Sugeng.
Kepada tetangga, UP mengaku bekerja sebagai dosen di sebuah sekolah tinggi di Cileungsi. Sementara identitas istri dan empat anak perempuannya tak diketahui warga karena mereka jarang sekali keluar rumah.
Warga khawatir terjadi kekerasan dalam rumah tangga itu. Boih mengaku sering mendapati AD dengan memar di tubuh dan luka di kepala. Suatu hari, bahkan terdapat luka di kepala AD dengan bekas darah yang sudah mengering. "Dia, sih, ngakunya jatuh dari tempat tidur, tapi kok sering ada luka," ucap Boih.