Sebab, Adhy merasa klaim praktik jual beli ijazah palsu yang disebut terjadi di kampusnya merupakan keputusan yang terlalu cepat. "Saya dari pihak Adhy Niaga berharap dan senang sekali kalau ada undangan untuk klarifikasi dengan menteri tentunya dengan suasana kekeluargaan. Karena Pak menteri itu kan orangtua. Kalau orangtua panggil anaknya, saya juga pasti senang dong," ujar Adhy di Bekasi, Selasa (26/5/2015).
Adhy mengaku terkejut ketika Menristek Mohammad Nasir melakukan inspeksi mendadak ke kampusnya terkait temuan ijazah palsu. Adhy mengaku belum mendapat peringatan sama sekali mengenai hal tersebut. Kata Adhy, tiba-tiba saja, menteri hadir dan mengklaim kampusnya melakukan praktik jual beli ijazah.
"Kita belum pernah dikasih surat, belum diberi peringatan. Diinformasikan juga belum tahu-tahu kita digrebek dan langsung divonis telah menyelenggarakan perkuliahan bodong, kampus abal-abal dan yang lainnya," ujar Adhy.
Kampus STIE Adhy Niaga sendiri telah berdiri sejak tahun 1999. Adhy mengatakan selama itu dia tidak pernah melakukan praktik jual beli ijazah di kampusnya. Semua mahasiswa yang tercatat di kampus tersebut mendapatkan ijazahnya dengan melakukan kegiatan perkuliahan terlebih dahulu.
Akan tetapi, Adhy mengaku tidak tahu jika ada oknum yang menjual ijazah palsu STIE Adhy Niaga. Adhy mengatakan pihaknya tidak mau disalahkan atas ulah oknum tersebut.
"Kita enggak mau disalahkan siapapun . Kita enggak pernah nipu, enggak pernah bikin ijazah palsu. Adhy Niaga enggak pernah keluarkan ijazah palsu. Kalau ada orang lain yang cetak ijazah kita dan dipalsukan, kan berarti yang salah bukan Adhy Niaga. Yang harus dihukum bukan Adhy Niaga. Tapi orang yang buat itu. Saya juga denger bahwa katanya baru ketangkep yang buat ijazah itu di Matraman," ujar Adhy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.