Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Evan: Kenapa MOS Bisa Begitu Menyiksa Anak, Ya?

Kompas.com - 01/08/2015, 22:21 WIB
Jessi Carina

Penulis


BEKASI, KOMPAS.com —
Ibunda Evan Christoper Situmorang, Ratna Duma, kecewa dengan pihak SMP Flora, Pondok Ungu Permai, atas perlakuan yang diterima anaknya selama mengikuti kegiatan masa orientasi siswa (MOS). Meski mengaku tidak ingin menuntut pihak sekolah setelah Evan meninggal, Ratna merasa sangat dirugikan atas kegiatan itu.

"Kita enggak mau nuntut sekolah, tetapi MOS ini tolonglah jangan sampai merugikan anak. Selama MOS, anak saya disuruh bawa yang aneh-aneh," ujar Ratna, di rumahnya, Sektor 5 Pondok Ungu Permai, Bekasi, Sabtu (1/8/2015).

Selama kegiatan MOS, Ratna bercerita bahwa anaknya selalu kebingungan untuk menyiapkan perlengkapan MOS tiap malam. Ratna yang berprofesi sebagai guru sampai harus mencetak 20 lembar berisi istilah-istilah MOS yang dia dapat dari internet. (Baca: MOS Bermasalah, Laporkan ke Sini!)

Dalam satu hari, Ratna mengaku menghabiskan uang lebih dari Rp 70.000 untuk keperluan MOS Evan. Meski keberatan, Ratna memilih untuk mematuhi apa yang diperintahkan oleh senior Evan.

"Saya juga guru. Saya sebelum kejadian ini, saya no comment. Saya lakukan apa yang mereka perintahkan. Suruh (siswa) pakai kaus kuning, saya beli kaus kuning. Tiap hari warnanya ganti-ganti. Belum snack-nya, mereka suruh bawa belatung putih, cacing di-warnain, sampai monyet-monyet gila. Saya enggak paham itu semua bawa apa," ujar Ratna.

"Waktu itu anak saya enggak bawa Ovaltine karena sudah dicari tidak ada barangnya. Saya sudah suruh dia untuk tidak masuk, tapi dia mau masuk. Pas saya tanya, kalau enggak bawa sesuai perintah, anak saya harus scott jump," kata Ratna. (Baca: KPAI: Tidak Boleh Ada Kekerasan dalam MOS)

Ratna pun kecewa anaknya mendapat perlakuan tidak enak ketika MOS. Padahal, anaknya sudah sekuat tenaga menuruti peraturan yang dibuat seniornya di sekolah.

Awalnya, Ratna berharap anaknya bisa mendapat pengetahuan agama yang baik dengan bersekolah di sana. Ratna pun mengaku menyesal telah memasukan anaknya di sekolah itu.

"Saya bilang ke ibu gurunya, 'saya menyesal sekali menyekolahkan anak saya di Flora.' Waktu SD, anak saya enggak pernah diginiin, masuk Flora anak saya malah begini. Waktu itu gurunya hanya pulang saja, enggak ucap sepatah kata pun ke saya. Kenapa MOS bisa begitu menyiksa anak, ya?" ujar Ratna.

Evan meninggal setelah dua minggu mengalami sakit di kedua kakinya. Evan mengalami sakit di bagian kaki setelah berjalan hingga 4 kilometer atas perintah seniornya saat hari terakhir MOS di sekolahnya. (Baca: Setelah Jalan Kaki 4 Km Saat MOS, Kaki Evan Membiru hingga Meninggal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com