Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesal Banyak Penyusup, Ahok Mengabsen Pejabat yang Akan Dilantik

Kompas.com - 27/11/2015, 19:23 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merasa kesal karena banyak pejabat yang seharusnya tidak dilantik pada Jumat (27/11/2015) ini justru banyak muncul saat pelantikan.

Sambil memegang data nama-nama pejabat yang akan dilantik, Basuki mengabsen satu per satu nama mereka.

Basuki sebelumnya juga telah membatalkan pelantikan lurah dan camat karena tidak terjadwal. 

"Fajar Sompi yang mana? Iya Anda, geser ke sini. Kemudian Nur Syam Daud, ada enggak? Eka Nurineka mana? Kalau berdiri di belakang, maju saja ke depan. Suwarto, Mat Nasir, Iqbal, oke," Basuki mengabsen para pejabat, di Balai Agung, Balai Kota. 

Basuki sempat memanggil para calon lurah dan camat yang sudah keluar dari lokasi pelantikan.

Ia menanyakan apakah mereka mengetahui jabatan baru yang akan diemban serta pejabat pengganti dalam jabatan lama.

Setelah beberapa menit mengabsen pejabat, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Agus Suradika menghampiri Basuki.

"Makanya lain kali saya enggak mau, saya mau kontrol pejabat eselon II sampai eselon IV, enggak boleh satu nama pun lepas dari saya," kata Basuki kepada Agus. 

Basuki kemudian bertanya kepada Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi, apakah para calon pegawai di kelurahan dan kecamatan tersebut sudah disepakati oleh Rustam.

"Iya, ini saya setujui, Pak, jadi wakil camat dan lurah," kata Rustam. 

"Itu pilihan Bapak semua? Ya lain kali laporan sama saya ya, Pak," kata Basuki.

Rustam pun mengangguk.

Kemudian, Basuki melanjutkan pendataan para pejabat.

"Masih ada pejabat yang namanya belum saya panggil," kata Basuki. 

Ternyata cukup banyak pejabat yang mengacungkan tangan.

Pria yang biasa disapa Ahok itu kemudian meminta pegawai kelurahan dan kecamatan meninggalkan lokasi pelantikan. Sebab, pelantikan lurah dan camat akan dilakukan pada Januari 2016.

Namun, ada pula pejabat dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang namanya belum disebut. Contohnya, Kepala Bagian Perekonomian Kepulauan Seribu.

"Kemarin ini enggak sampai diskusi begitu dalam. Fokusnya kan membedah banyak pegawai dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta Inspektorat," kata Basuki. 

Ia lalu menginstruksikan kepada Agus untuk mengambil data pejabat yang lebih lengkap.

"Makanya lain kali jangan sekali-sekali pasang orang tanpa kasih tahu saya. Kalau enggak, saya enggak mau lantik. Main lantik, ganti siapa, kami enggak tahu, kecolongan," kata Basuki dengan nada geram. 

Kekesalan Basuki bertambah ketika ada pejabat Dinas Sosial DKI yang akan dilantik, tetapi namanya tidak tercantum di kertas data.

"Kok bisa enggak masuk sih namanya? Makanya saya bilang, saya minta fotokopinya," kata Basuki. 

Pada akhirnya, pengarahan Basuki kepada pejabat dilakukan sebelum pelantikan. Biasanya, Basuki melantik dahulu, baru memberi pengarahan kepada pejabat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com