Pada Selasa (19/1/2016), teman Mirna, Jessica, kembali dipanggil oleh polisi untuk diperiksa.
Dengan mengenakan kaos biru dan cardigan hitam, Jessica datang ke Polda Metro Jaya pukul 13.15 WIB dengan didampingi kuasa hukumnya, Yudi Wibowo.
Jessica diperiksa selama hampir sembilan jam oleh tiga psikiater forensik Polri untuk mengetahui karakternya.
Jessica dipanggil karena saat itu ia berada satu meja dengan Mirna saat minum di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (6/12016).
Meskipun juga ada Hani, teman Mirna lainnya yang berada satu meja, tetapi pengakuan Jessica lebih dianggap penting.
Bukan tanpa sebab, Jessica diketahui merupakan pemesan minuman es kopi Vietnam Mirna. Dari pengakuan pengacaranya, Yudi, Jessica juga lebih dulu datang, dua jam sebelum waktu janjian pukul 16.00 WIB.
Usai diantar oleh ayahnya ke GI, Jessica tak langsung menuju Kafe Olivier. Ia berkeliling lebih dulu dan membeli beberapa suvenir untuk Mirna dan Hani.
Suvenir tersebut dimasukkan ke dalam paper bag dan dibawa Jessica ke Kafe Olivier, tempat ketiganya bertemu.
Saat kembali ke Kafe Olivier, Jessica duduk dan menaruh paper bag di atas meja. Paper bag tersebut diketahui sempat menutupi minuman es kopi Vietnam Mirna.
"Itu tidak ada maksud apa-apa taruh paper bag di situ," kata Yudi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (19/1/2016).
Tak beberapa lama, paper bag tersebut ditaruh di bawah. Hani dan Mirna pun datang. Mirna duduk diapit Jessica dan Hani.
Mirna kemudian meminum seteguk kopi tersebut, namun merasakan hal berbeda. Rasanya tak enak dan kemudian diberikan ke Jessica. Saat diberikan kopinya, Jessica hanya mencium baunya. Mirna juga memberitahu Hani.
Namun, nenurut pengakuan Yudi, Hani juga ikut meminum kopi tersebut. "Pertanyaannya, kalau ini mengandung sianida, kenapa hanya satu yang mati. Berarti kan bukan kopinya. Logika orang awam, ini (Mirna) mati, ini (Hani) tidak tewas," kata Yudi.
Pernyataan tersebut dibantah oleh Direktur Resesrse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti. Hani, lanjut Krishna, hanya mencicipi setetes. Sehingga tak berpengaruh langsung ke tubuhnya seperti kondisi Mirna.
Usai meneguk kopi, Mirna pun merasa kepanasan. Ia meminta air putih. Namun tak beberapa lama Mirna kejang-kejang dan muntah, sampai akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Namun, nyawa Mirna pun tak tertolong dan meninggal di Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Teman kampus
Jessica dan Wayan Mirna Salihin (27) merupakan teman satu kampus di Australia. Hal ini terungkap setelah kuasa hukum Jessica, Yudi Wibowo membeberkannya ke publik di Mapolda Metro Jaya, Selasa.
"Asal usulnya mereka sekolah di Australia bersama-sama," kata Yudi, Selasa.
Ia melanjutkan, keduanya lulus pada tahun 2008. Bersama dengan itu, Hani juga turut kuliah di Billy Blue College, Australia.
"Jessica lulusan desain grafis. Kalau Mirna tidak tahu," kata Yudi.
Ia melanjutkan, usai lulus, Jessica bekerja di Australia. Ia baru kembali ke Indonesia pada tanggal 5 Desember 2015. Setelah pulang, Jessica pernah ditraktir Mirna.
Usai menjalani pemeriksaan kemarin, Jessica keluar dengan senyum. Ia tampak berusaha menghindari pertanyaan wartawan yang sudah menunggunya.
"Saya enggak bisa kasih ngomong apa-apa," kata Jessica di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa.
Saat dimintai harapan soal kasus kematian Mirna, Jessica sempat lama berpikir. Ia kemudian kembali menjawab harapan tentang kasus Mirna. "Sabar, nanti pasti terungkap," kata Jessica.
Jessica juga menyebut bahwa orangtuanya selalu mendukung untuk menjadi saksi dalam kasus kematian Mirna.
Namun, saat dikonfirmasi, apakah merasa bersalah atau tidak, Jessica tak mau menanggapi. "No comment," kata Jessica.
Sianida
Kandungan racun sianida dalam es kopi Vietnam Mirna tidak sedikit. Dari pengakuan polisi, sekitar 15 gram sianida dalam secangkir kopi Mirna dapat mengakibatkan kematian 20 sampai 25 orang.
Kepala Disaster Victim Identification (DVI) Polri Kombes (Pol) Anton Castelani menyebutkan sianida merupakan senyawa kimia berbentuk gas, kristal, serbuk, atau cair yang dapat mengakibatkan kematian dengan menghambat pengambilan oksigen oleh jaringan sehingga menyebabkan asfiksia atau kekurangan oksigen.
Dalam bentuk hidrogen (gas), sianida dapat mengakibatkan kematian pada jumlah 50 sampai 100 miligram.
Sementara itu, dalam bentuk serbuk, sianida dapat mengakibatkan kematian pada jumlah 150 sampai 200 miligram.
"Senyawa ini digunakan sehari-hari untuk fumigasi dan industri logam," ujar Anton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.