JAKARTA, KOMPAS.com - Susilowati, begitu terpukul ketika mendengar suami, Edy Suwardy Suryaningrat, dan anak sulungnya dr. Dimas Qadar Radityo menjadi korban kebakaran tabung "chamber" Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Senin (14/3/2016) lalu.
Hingga kini, penyebab kebakaran itu belum dapat diketahui.
"Hancur hati saya, sakit sekali saya, masih terbayang suami saya matinya kok di rumah sakit. Di rumah sehat, tiba-tiba suami dan anak saya enggak ada, pulang-pulang mereka sudah gosong, jadi abu," kata Susilowati lirih, saat mengadu ke Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2016).
Susilowati mengungkapkan, anak bungsunya, Iqbal, juga masih merasa kehilangan sosok ayah dan kakaknya. Ia berharap penyelidikan kasus ini dapat cepat selesai dan diumumkan kepada masyarakat sehingga keluarga korban tidak merasa diremehkan.
"Saya benar enggak kuat, enggak ada suami sama anak saya. Saya sumpahin mereka (RSAL Mintohardjo), sumpahin seumur hidup orang-orang itu dunia akhirat saya enggak akan maafin mereka," kata Susilowati menangis histeris.
Kekesalan Susilowati semakin memuncak ketika pihak RSAL Mintohardjo membawa uang sebesar Rp 250 juta untuk diserahkan kepada istri seorang korban lainnya, Sulistyo, di Semarang, Jawa Tengah. Menurut Susilowato, nyawa tidak bisa diganti dengan sejumlah uang.
"Nyawa dibayar Rp 250 juta? Ini manusia punya Allah. Nyawa dibayar uang segitu, tidak ada perikemanusiaan di RS Mintohardjo ini," kata Susilowati.
Sebelumnya, keluarga korban mengadu kepada Komnas HAM karena lambannya penyelidikan penyebab terbakarnya tabung chamber RSAL Mintohardjo.
Empat korban yang meninggal dunia dalam peristiwa itu adalah Sulistiyo, Abubakar Nataprawira, Edy Suwardy, dan dr. Dimas Qadar Radityo. Penyebab ledakan itu sendiri masih dalam penyelidikan polisi dan TNI AL.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.