Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masifnya Pemudik karena Ketimpangan Pembangunan

Kompas.com - 03/07/2016, 14:40 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono menyatakan mudik bukan sekadar ritual tahunan semata.

Namun, tingkat pemudik yang masif setiap momen Lebaran merupakan refleksi dari kondisi Indonesia, yakni ketimpangan pembangunan antara kota dan wilayah regionalnya.

Hal ini disampaikan Yusuf dalam acara diskusi "Ekonomi Mudik dan Pelepasan Program Mudik Berkah" yang diselenggarakan Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) dan Dompet Dhuafa di Terminal Rawamangun, Jakarta Timur.

Menurut Yusuf, Pulau Jawa, khususnya Jakarta atau Jabodetabek, menyumbang angka pemudik yang masif karena sebagian besar masyarakatnya merupakan pendatang dari daerah.

"Mudik ini dalam prespektif kami berakar dari ketimpangan pembangunan. Jadi, masyarakat dari daerah pedesaan kemudian masuk ke wilayah urban, mencari kehidupan yang lebih baik dan status sosial yang lebih tinggi. Ini kemudian menciptakan masyarakat migran yang dari sini kemudian mudik itu muncul," kata Yusuf di lokasi acara Minggu (3/7/2016).

(Baca: Arus Mudik H-5, 900.000 Kendaraan Tinggalkan Jakarta)

Yusuf mencontohkan, Jabodetabek punya jumlah penduduk sekitar 33 juta. Pihaknya memperkirakan, lebih dari separuh atau sekitar 70 persennya adalah pendatang dan mayoritas adalah umat Muslim.

"Begitu ada momentum Idul Fitri dengan semangat spritualitas ketemu kerabat, maka fenomena ini menciptakan mudik," ujar Yusuf.

Yusuf menilai, pemerataan pembangunan desa dan kota masih belum baik dilakukan sehingga mendorong laju urbanisasi atau perpindahan masyarakat dari desa ke kota.

Indonesia, menurut dia, termasuk negara dengan urbanisasi tercepat di dunia, yakni sekitar 4 persen per tahun.

(Baca: Arus Mudik H-5, 900.000 Kendaraan Tinggalkan Jakarta)

"Jadi, kalau fenomena ketimpangan desa dan kota, antara Jawa dan luar Jawa terus berlanjut, fenomena mudik akan semakin besar ke depan dan tetap akan terkonsentrasi di Jawa," ujar Yusuf.

Yusuf mengatakan, solusinya bukan menyalahkan atau melarang warga mudik, melainkan dengan pembangunan merata antara kota dan desa. Itu dapat menurunkan jumlah perpindahan penduduk.

Selain itu, hal tersebut dapat menurunkan tingkat kemacetan, kecelakaan, dan meninggal dunia saat mudik.

"Secara sosiologis, kita enggak bisa nafikan kalau masyarakat migran pasti rindu kampung halaman, apalagi kalau berpisah dengan kerabat. Tetapi, ketika pusat pertumbuhan ekonomi diratakan, orang tidak perlu berpindah mencari pekerjaan yang layak atau untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Ini akan mengurangi potensi mudik secara lebih kuat," ujar Yusuf.

Sebab, di negara lain, menurut dia, urbanisasi umumnya juga terjadi.

"Tapi, tidak ada yang fenomena balik kampungnya itu semasif kita di Indonesia karena memang ketimpangan kita juga masif. Kalau ketimpangan kita enggak parah, mudik enggak akan semasif ini," ujar Yusuf.

IDEAS juga melakukan riset, secara nasional, ada 20 kota yang tersebar selain Jabodetabek, yakni Makassar, Lampung, Medan, dan kota besar lainnya, yang tingkat masyarakatnya melakukan mudik di momen Lebaran tinggi.

Estimasi pihaknya, dari 20 wilayah itu, ada 32,2 juta pemudik yang sebagian besar terkonsentrasi di wilayah Jawa.

Kompas TV Tol Cikampek Padat Kendaraan di Kilometer 57
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Disdik DKI Janji KJP Plus Gelombang 1 Tahap 2 Bakal Cair Pekan Depan

Disdik DKI Janji KJP Plus Gelombang 1 Tahap 2 Bakal Cair Pekan Depan

Megapolitan
Jasa Marga Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Exit Tol Veteran Imbas Longsor di Pesanggrahan

Jasa Marga Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Exit Tol Veteran Imbas Longsor di Pesanggrahan

Megapolitan
Sabtu Malam, Jalan Raya Kalimalang Macet Total Imbas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Sabtu Malam, Jalan Raya Kalimalang Macet Total Imbas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Megapolitan
Banyak Kendaraan Mogok Akibat Nekat Menerabas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Banyak Kendaraan Mogok Akibat Nekat Menerabas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Megapolitan
Hujan Mulai Reda, 42 RT di Jakarta Masih Tergenang Banjir

Hujan Mulai Reda, 42 RT di Jakarta Masih Tergenang Banjir

Megapolitan
Dua RT di Kebon Jeruk Masih Terendam Banjir

Dua RT di Kebon Jeruk Masih Terendam Banjir

Megapolitan
Warga Sebut Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa Imbas Kalimalang Meluap

Warga Sebut Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa Imbas Kalimalang Meluap

Megapolitan
Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa, Lalu Lintas dari Kalimalang Arah Jakarta Macet Total

Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa, Lalu Lintas dari Kalimalang Arah Jakarta Macet Total

Megapolitan
Penjelasan BMKG soal Jakarta Dilanda Hujan di Musim Kemarau

Penjelasan BMKG soal Jakarta Dilanda Hujan di Musim Kemarau

Megapolitan
KRL Tujuan Bekasi Sempat Tertahan 30 Menit di Stasiun Tanah Abang

KRL Tujuan Bekasi Sempat Tertahan 30 Menit di Stasiun Tanah Abang

Megapolitan
Longsor, Jalan Mulya Bakti Pesanggrahan Tak Bisa Dilalui Kendaraan

Longsor, Jalan Mulya Bakti Pesanggrahan Tak Bisa Dilalui Kendaraan

Megapolitan
Hujan Lebat Disertai Angin Kencang, 4 Pohon di Jakpus dan Jakbar Tumbang

Hujan Lebat Disertai Angin Kencang, 4 Pohon di Jakpus dan Jakbar Tumbang

Megapolitan
Warga Sudah Surati Pemkot Jakut untuk Minta Perbaiki Jalan Cekung di Muara Angke

Warga Sudah Surati Pemkot Jakut untuk Minta Perbaiki Jalan Cekung di Muara Angke

Megapolitan
Teka-teki Tewasnya Wanita Paruh Baya Dalam Toilet Kos di Cipayung dengan Posisi Telungkup

Teka-teki Tewasnya Wanita Paruh Baya Dalam Toilet Kos di Cipayung dengan Posisi Telungkup

Megapolitan
Jakarta Hujan sejak Pagi, Tinggi Air di Pos Angke Hulu Naik Jadi Siaga 3

Jakarta Hujan sejak Pagi, Tinggi Air di Pos Angke Hulu Naik Jadi Siaga 3

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com