Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Petisi "Online" Tolak Pengiriman Hiu Paus Berau ke Ancol

Kompas.com - 17/03/2018, 12:37 WIB
Nursita Sari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Forum Pemuda Bahari Indonesia (FPBI) dan Perkumpulan Lintas Alam Borneo menolak pengiriman hiu paus (Rhincodon typus) dari habitatnya di perairan Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, ke Taman Impian Jaya Ancol.

Penolakan tersebut disampaikan melalui petisi online di www.change.org. Pembuat petisi menulis, pengiriman hiu paus dari Berau ke Ancol itu menjadi salah satu isi kerja sama atau memorandum of understanding (MoU) antara Pemerintah Kabupaten Berau dengan PT Pembangunan Jaya Ancol.

Pembuat petisi juga menulis bahwa hiu paus adalah satwa yang dilindungi di Indonesia. Sebab, tingkat reproduksi hiu paus sangat rendah dan kerap terganggu aktivitas pariwisata.

"Hiu paus merupakan hewan air yang melakukan migrasi, kami khawatir spesies ini akan mengalami stres yang berkepanjangan," ujar Perkumpulan Lintas Alam Borneo, Krisna, dalam petisi tersebut.

Baca juga : 3 Ekor Hiu Paus Mati Terdampar di Manggarai Barat

Menurut Krisna, hiu paus seharusnya dibiarkan lestari di habitat aslinya. Hiu paus memiliki fungsi untuk perairan Indonesia yang tak bisa digantikan oleh manusia.

Hingga Sabtu (17/3/2018) pukul 11.30, petisi online itu sudah ditandatangani lebih dari 39.200 orang dan terus bertambah.

Salah satu yang menandatangani petisi tersebut yakni presenter Riyanni Djangkaru. Adapun Riyanni mengaku menandatangani petisi itu sekitar pekan lalu. Ada tiga alasan yang membuat Riyanni menandatangani petisi itu.

"Itu kan pertama di Indonesia statusnya dalam perlindungan penuh. Sudah begitu juga dia punya banyak manfaat di ekologi, di alam bebas, daripada untuk pemanfaatan komersial seperti itu," ujar Riyanni saat dihubungi Kompas.com.

Alasan lainnya, lanjut dia, yakni hiu paus selalu bermigrasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga tidak bisa diklaim milik suatu wilayah di Indonesia.

"Jadi, hiu paus itu enggak bisa diklaim ini hiu paus punya Berau atau punya segala macam, lalu dipergunakan secara komersial atau apapun itu. Enggak masuk akal kalau enggak dukung petisi itu menurut aku," kata dia.

Baca juga : Sempat Jadi Tontonan Warga, Hiu Paus Akhirnya Kembali ke Laut Lepas

Peselancar Gemala Hanafiah juga tidak menyetujui pengiriman hiu paus dari Berau ke Ancol. Menurut dia, sebaiknya satwa itu dibiarkan hidup bebas di habitat aslinya.

"Semua yang bukan binatang domestik lebih baik emang dibiarkan bebas. Kalau memang mau ngelihatnya, ya datanglah ke sana. Apalagi hiu paus itu kan dia itu sebenarnya laut dalam kan. Kalau dia di tempat buatan kan benar-benar terbatas banget," ucap Gemala saat dihubungi terpisah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Megapolitan
Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Megapolitan
Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Megapolitan
Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Megapolitan
Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Megapolitan
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Megapolitan
Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Megapolitan
Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Ketika Si Kribo Apes Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Ketika Si Kribo Apes Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Megapolitan
3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

Megapolitan
PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com