Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Nafkah dari Menyewakan Mobil Mainan di Terowongan Apron...

Kompas.com - 09/09/2018, 06:06 WIB
David Oliver Purba,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang laki-laki paruh baya tampak sibuk merapikan belasan mobil dan motor mainan di terowongan Apron, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (6/9/2018) sore.

Mengenakan kaos lengan panjang berwarna hitam, pria tersebut terlihat begitu sabar bolak-balik mengangkut mobil mainan dari tempat penyimpanan yang berjarak 100 meter ke lokasi mobil-mobilan yang dipajang.

Tampak sesekali pria tersebut mengelap mobil mainan yang dipajangnya karena debu yang terus berjatuhan dari dinding terowongan serta kotoran yang dihasilkan debu jalanan.

Hari itu, belum terlihat adanya penyewa mobil-mobilan milik pria tersebut. Hanya terlihat pria tersebut bersama beberapa orang lainnya yang masih sibuk menyusun mobil mainan yang disewakan untuk anak-anak.

Warna warni mobil mainan yang dipajang begitu kontras dengan kondisi terowongan yang gelap dan kotor.

Aras namanya. Pria paruh baya yang ditemui Kompas.com, mengatakan telah 2 tahun menjadikan terowongan apron sebagai lokasi mencari rezeki. Aras memilih membuka lapak di terowongan Apron karena lokasi yang luas.

"Saya udah dua tahun di sini. Lumayan luas lah ya. Kalau enggak di sini, mau kemana lagi, kemarin waktu saya di Monas saya disuruh pergi," ujar Aras.

Aras mengatakan, sebelum membuka lapak di terowongan, dia memiliki tempat di Monumen Nasional (Monas). Namun, setelah tiga tahun berada di lokasi tersebut, Aras bersama beberapa pemilik mainan lainnya diusir tanpa alasan yang jelas.

Aras mengatakan, sebelum membuka lapak di terowongan, dia telah mencari lokasi baru yang lebih layak.

Namun, tak ada lokasi yang sesuai. Sekalinya mendapatkan lokasi yang terbilang strategis, Aras tidak mendapatkan kecocokan dari bagi hasil dengan pemilik lahan.

Aras akhirnya memilih membuka lapak di terowongan Apron setelah cukup lama berkeliling. Di lokasi ini, Aras mengaku tak harus mengeluarkan uang sewa. Tak ada juga preman yang datang untuk meminta uang yang biasa disebut uang keamanan.

Tak banyak pelanggan

Aras mengatakan, selama membuka lapak di terowongan, dia bersama beberapa penyewa mobil mainan lainnya sulit mendapatkan pelanggan. Ini karena lokasi lapak yang tersembunyi. Ditambah kondisi yang dianggap masyakakat kebanyakan tidak layak membuat pengunjung yang merupakan anak kecil juga enggan untuk datang.

Penghasilan Aras tak menentu setiap harinya. Bahkan, beberapa hari pernah tidak ada satupun yang menyewa mobil mainannya. Biasanya, beberapa pengunjung datang cukup ramai ketika malam minggu. Namun, pengunjung yang datang juga tidak seberapa. Jika dirata-ratakan, pendapatan Aras sekitar Rp 500.000 untuk empat malam minggu. Mobil mainan milik Aras disewakan Rp 20.000 untuk 15 menit.

Membantu keamanan

Aras mengatakan, masyarakat pejalan kaki serta petugas kepolisian merasa terbantu setelah Aras dan beberapa pemilik mobil mainan membuka lapak di terowongan. Tingkat kejahatan yang biasa terjadi di terowongan tersebut menurut drastis. Sebelummya, cukup sering terjadi pemalakan hingga penodongan terhadap pejalan kaki. Ini karena kondisi yang gelap dan sepi.

Selama lapak dibuka, kondisi terowongan dari pagi hingga malam selalu ramai. Lampu penerangan juga setiap hari terpasang di terowongan tersebut. Aras dan pemilik mainan juga rajin menyapu dan membersihkan terowongan tersebut.

"Kalau dulu di sini banyak yang malak, semenjak kamo ada udah enggak ada. Pernah ada dua orang jambret ketangkap di sini sama kita-kita. Kami juga sering bersihkan. Coba lihat bersihkan. Kalau dulu mana ada begini bersihnya, kumuh," ujar Aras.

Minta dibina

Aras berharap agar Pemprov DKI Jakarta mau untuk menyediakan lokasi yang layak bagi mereka. Kondisi di terowongan dinilai sungguh tidak menguntungkan bagi mereka untuk menafkahi keluarga. Aras memiliki dua anak yang masih bersekolah. Sementara istrinya hanya seorang ibu rumah tangga.

"Saya berharap bisa diberikan tempat yang layak, kami siap dibina kok," ujar Aras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com