BEIJING, KOMPAS.com — Mulai dari pengukuran waktu sampai ke navigasi laut, matematika menjadi poros dasar peradaban kuno.
Perjalanan matematika dunia dimulai di Mesir, Mesopotamia, dan Yunani. Tetapi setelah peradaban-peradaban ini menurun, kemajuan matematika di belahan dunia Barat terhenti.
Di bagian timur, matematika justru mencapai puncak kejayaannya.
Di China kuno, matematika menjadi kunci dalam perhitungan konstruksi Tembok Raksasa yang panjangnya ribuan kilometer.
Baca juga: Kamar Pribadi Kaisar China dari Abad Ke-18 Dipamerkan di Yunani
Angka-angka menjadi sedemikian penting sehingga memainkan peran krusial dalam menjalankan kehidupan di istana kerajaan.
Kalender dan gerakan planet memengaruhi semua keputusan kaisar sampai ke perencanaan agenda, baik pada siang hari maupun malam hari.
Penasihat kekaisaran memberikan sistem yang memastikan kaisar dapat meniduri sekian banyak perempuan di istananya.
Sistem tersebut didasari konsep matematika bernama geometric progression. Mitos menyebutkan dalam kurun 15 malam, sang kaisar harus meniduri 121 perempuan yang mencakup:
Jumlah orang dalam setiap kelompok perempuan ini sebanyak tiga kali lipat jumlah orang dalam kelompok sebelumnya.
Dengan demikian, para ahli matematika dapat membuat jadwal untuk memastikan pada periode 15 malam, kaisar bisa meniduri semua perempuan di istananya.
Jadwalnya diatur sebagai berikut:
Malam pertama hanya untuk ratu. Kemudian malam selanjutnya untuk tiga pendamping senior.
Baca juga: Disimpan di Kotak Sepatu, Vas Kaisar China Ini Terjual Rp 264 Miliar
Malam berikutnya untuk sembilan istri, lalu 27 selir dipilih secara bergiliran, sembilan orang setiap malamnya.
Akhirnya, dalam kurun sembilan malam, tiba giliran untuk 81 budak yang dibagi ke dalam sembilan kelompok.