JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa tahun lalu, Arman (bukan nama sebenarnya) memutuskan untuk mengubur cita-citanya untuk menjadi nakhoda setelah delapan bulan mengemban pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Terlepas dari perpeloncoan yang disebut sudah turun-temurun, alasan utama Arman mengundurkan diri dari sekolah kedinasan tersebut karena dia difitnah salah satu kakak tingkatnya.
Kendati demikian, Arman tetap berbagi kisah mengenai perpeloncoan yang pernah dia alami dari kakak tingkatnya, meski ini bukan menjadi faktor utama mengapa dia mengundurkan diri.
Perpeloncoan, kata Arman, sudah dia anggap sebagai hal yang biasa karena saking seringnya mendapatkan kekerasan sebagai taruna tingkat satu.
Baca juga: Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?
Arman berujar, setiap taruna atau taruni wajib menginap di student dormitory atau asrama yang dikelola STIP yang lokasinya masih satu kawasan dengan sekolah pelayaran tersebut.
Dalam satu kamar setidaknya terdapat empat orang yang terdiri dari tiga taruna tingkat satu dan satu taruna tingkat empat.
Namun, kondisi tersebut tergantung dengan luas kamar, terkadang ada yang dihuni dua taruna tingkat empat dan tiga taruna tingkat satu. Kata Arman, ini memang peraturan STIP yang menempatkan taruna seperti itu.
Selama Arman mengemban pendidikan di STIP, dia mengaku tidak pernah melihat taruna/i tingkat tiga. Sebab, seluruh taruna/i tengah tingkat tiga sedang menjalani program magang.
Oleh karena itu, hanya ada taruna/i tingkat satu, dua, dan empat di STIP.
Baca juga: Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok
Setiap hari, taruna tingkat satu diwajibkan bangun pukul 04.00 WIB untuk berolahraga di lapangan bintang, tempat yang dianggap sakral bagi seluruh taruna/i STIP.
"Kalau untuk lari jam 04.00 WIB, itu hanya untuk tingkat satu saja dan itu memang peraturan dari sekolah. Mungkin dilatih untuk bangun pagi, terus senam," ucap Arman saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (7/5/2024).
Setelah berolahraga, taruna tingkat satu kembali ke kamar masing-masing untuk shalat subuh, mandi, dan rapi-rapi sebelum melaksanakan apel pukul 06.30 WIB.
Saat momen ini, taruna tingkat satu juga harus menyiapkan seragam taruna tingkat empat yang satu kamar dengan mereka.
"Ini peraturan tidak tertulis, tapi turun-temurun. Istilahnya, kami (taruna satu) nge-brasso. Kan di seragam ada logam, itu harus mengilap. Kami juga harus menyiapkan baju, dasi, dan lain-lain. Itu setiap hari," kata dia.
"Ya habis itu, apel, sarapan, masuk kelas, pelajaran normal. Nanti, sekitar jam 09.00 WIB atau 10.00 WIB, ada kayak semacam break. Kita ke gedung Wisraba, lalu balik lagi ke kelas, dan belajar," lanjutnya.