JAKARTA, KOMPAS.com - Ada satu areal yang tak bisa dikunjungi warga ketika berwisata di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.
Area tersebut adalah lokasi Perawatan Bayi Satwa atau Nursery yang berada di seberang Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan.
Pada bagian depan lokasi ditutup pagar dan terpampang tulisan larangan masuk kepada para pengunjung. Setelah melewati pagar itu terlihat sebuah ruangan bercat krem yang berisi inkubator untuk perawatan bayi satwa secara intensif.
Baca juga: Cerita Dwi Suprihadi Dicolek Gorila di Ragunan hingga Dibuat Kaget
Inkubator dilengkapi dengan cahaya lampu temaram. Di belakang ruangan tersebut ada beberapa kandang tempat meletakkan hewan yang mulai tumbuh besar.
"Nursery itu tempat kita membesarkan bayi-bayi satwa yang tidak dibesarkan oleh induk. Misalkan di induknya dia bermasalah, dia tidak mau menyusui atau perkembangannya kurang bagus, kita bantu," ujar Budi Hidayat, seorang pengasuh hewan yang bertugas di lokasi Nursery ketika ditemui Kompas.com.
Budi mengatakan, perawatan bayi satwa yang dilakukan di Nursery diupayakan semirip mungkin dengan perawatan yang dilakukan indukan satwa. Baik itu dari segi penempatan bayi, hingga pola makannya.
"Pola makannya biasa kalau masih bayi, kita mengacu kepada indukannya, biasanya induknya ngasih berapa kali makan, cuma bedanya kita di sini susah ada makanan khusus yang khusus untuk bayi," ujar Budi.
Salah satu contoh kasus yang ditangani Budi adalah merawat seekor jalak bali yang kurang begitu diperhatikan oleh induknya.
Dari tiga ekor anak, bayi tersebut tidak mendapat cukup pakan dari si induk sehingga kondisinya lemah. Mengetahui kondisi itu, para perawat langsung memindahkannya ke ruang Nursery.
Baca juga: Cerita Budi Hidayat, Perawat yang Besarkan Bayi-bayi Harimau Ragunan
Setiap hari, Budi menjadi "ibu" bagi bayi burung tersebut dengan menyuapinya makan.
Selain makanan khusus, bayi-bayi satwa juga diberikan multivitamin agar pertumbuhan mereka tidak terhambat.
Budi kemudian menjelaskan durasi para bayi dirawat di Nursery tersebut berada-beda sesuai dengan jenis hewan yang dirawat di sana.
Jika hewan yang dirawat berjenis burung atau unggas, biasanya dirawat hingga berusia dua bulan. Sedangkan apabila yang ditangani bayi-bayi harimau, bisa memakan waktu enam sampai tujuh bulan perawatan.
"Biasanya sampai dia bisa makan sendiri, sampai dia kuat terhadap lingkungan dari panas dari dingin, sampai dia siap lah," kata Budi.
Bayi satwa yang sudah tumbuh besar tidak dikembalikan ke kandang indukannya. Alasannya, agar tak terjadi pertengkaran antara satwa-satwa yang sudah lebih dulu masuk ke kandang utama.
Budi kemudian menyebutkan, biasanya hewan yang baru dipindahkan ke kandang utama membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru mereka.
Namun biasanya proses adaptasi itu tak berlangsung lama karena para bayi sudah biasa bertemu dengan manusia.
Baca juga: Alasan Pengunjung Dilarang Beri Makan Hewan di Ragunan...
Yang menjadi Kendala terbesar dalam merawat bayi hewan menurut Budi ialah ketika hewan-hewaan yang dirawatnya jatuh sakit. Penyakit yang biasa menyerang bayi hewan biasanya diare.
Jika menemui kendala seperti itu, Budi langsung berkonsultasi dengan dokter hewan yang ada di Ragunan untuk diberikan pengobatan.
"Tapi tetap kita berusaha dia tetap makan, jangan sampai dia enggak makan karena kekuatannya di makanannya," ujar Budi.
Tak begitu banyak bayi satwa yang di rawat di lokasi tersebut.
Saat ini, Budi sedang merawat empat ekor bayi jalak bali, tiga ekor jalak putih, dua ekor bayi bayan, dan tiga ekor bayi tringgiling.
Selain alasan untuk menjaga populasi satwa agar tak terjadi penumpukan di kandang, bayi-bayi satwa yang dikembangbiakan di Ragunan tetap diupayakan untuk dirawat indukannya di kandang masing-masing.
Hal itu demi menjaga sifat alamiah si hewan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.