JAKARTA, KOMPAS.com - Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono memastikan partainya tetap solid mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.
"Kami solid dan kami hadir di sini bisa memberikan support bagi pilpres," ucap AHY seusai debat kelima Pilpres di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (17/4/2019) malam.
Hal itu disampaikan AHY ketika diminta tanggapan pernyataan Prabowo dalam debat.
Baca juga: Saat Prabowo Salahkan Para Presiden Sebelum Jokowi soal Perekonomian Negara
Saat debat, Prabowo menilai, kegagalan perekonomian saat ini bukan hanya menjadi tanggung jawab capres petahana Joko Widodo, tetapi kesalahan besar presiden-presiden sebelumnya.
Putra Presiden kelima RI Susilo Bambang Yudhoyono itu meminta media tidak memanaskan suasana dengan menyebar isu koalisi tidak solid.
Meski demikian, menurut AHY, setiap pencapaian pemimpin pendahulu wajib diapresiasi, terutama pencapaian yang dirasakan langsung oleh rakyat.
"Saya tidak igin mengomentari lebih jauh. Yang jelas, bagi saya, tiap-tiap yang telah dilakukan oleh generasi pendahulu itu wajib diapresiasi," kata AHY.
Baca juga: Kader Demokrat Berteriak di Luar Arena Debat, Ancam Partainya Tinggalkan Koalisi
AHY menekankan, masa kepemimpinan yang dibatasi maksimal dua periode membuat tak semua program bisa tuntas dengan sempurna.
Menurut AHY, sudah menjadi tugas pemimpin selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan tersebut.
"Artinya, yang sebaiknya kita inginkan adalah para pemimpin yang terus menghargai para pendahulunya dengan semangat untuk lebih baik dari pendahulunya," ujar AHY.
Prabowo sebelumnya menyebut kegagalan perekonomian saat ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Jokowi.
"Saya tidak menyalahkan Bapak (Jokowi). Ini kesalahan besar presiden-presiden sebelum Bapak. Kita harus bertanggung jawab," ujar Prabowo.
Ia menilai berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, perekonomian Indonesia semestinya dapat menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Hal itu, menurut Prabowo, belum terlihat saat ini. Ia menilai perekonomian Indonesia saat ini justru menguntungkan pihak asing.
"Saya tidak menyalahkan Pak Jokowi. Ini masalah kita sebagai bangsa dan sudah berjalan belasan bahkan puluhan tahun. Tapi kita harus berani mengkoreksi diri. Kita salah arah. Kita harus contoh seperti Republik Rakyat Tiongkok yang dalam 40 tahun hilangkan kemiskinan," lanjut Prabowo.
"Kita harus contoh berani belajar dari yang hebat. Saya tidak menyalahkan Bapak, ini kesalahan kita semua. Jadi ini salah jalan. Kita harus kembali ke Pasal 33," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.