JAKARTA, KOMPAS.com - Pergi mengadu nasib ke ibu kota tak ada salahnya. Namun, jangan lupakan kampung halaman.
Seperti yang dilakukan para perantau dari desa Randugunting dan Kelapa Nunggal, Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Di Jakarta, mereka berkumpul untuk terus membangun desanya. Tak hanya itu, para anak rantau yang tergabung dalam Paguyuban Generasi Remaja Randugunting (Grinting) ini juga bakal membantu warga desa lainnya yang ingin merantau.
Pendiri Paguyuban Grinting Damirin Al Sukron mengatakan, bantuan untuk warga yang merantau berasal dari uang iuran bulanan anggotanya.
Bantuan tersebut dapat berupa pinjaman dana atau pengadaan mobil untuk mereka yang hendak bekerja sebagai sopir taksi online.
"Kami punya sampai punya 20 mobil merek Avanza dan Xenia untuk anggota paguyuban yang hendak bekerja sebagai sopir taksi online," ujar Damirin kepada Kompas.com, Selasa (7/5/2019).
Damirin yang juga ketua Paguyuban Grinting kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Barat menjelaskan, salah satu tujuan dari paguyubannya itu adalah mandiri dengan gotong royong antar sesama warga desa.
Baca juga: Saat Sekumpulan Anak Rantau Pemalang Rutin Iuran Bangun Kampungnya...
"Ketimbang warga kami pinjam (dana) dari pihak lain, mending ke paguyuban. Sebab kami ingin anggota kami bisa hidup mandiri dengan bantuan sesama warga desa sendiri," jelasnya.
Adapun Paguyuban Grinting merupakan paguyuban yang berdiri tahun 2010. Saat ini anggota paguyuban tersebut berjumlah 820 orang yang tersebar di wilayah Jabodetabek.
"Pekerjaannya beragam, mulai dari buruh material, pemilik warung tegalan (warteg), hingga sopir taksi online. Setiap bulan iurannya untuk warga laki-laki Rp 25.000 dan perempuan Rp 20.000," ungkap Damirin.
Dari hasil iuran tersebut, dapat terkumpul uang Rp 250 juta rupiah per tahun. Uang itu akan digunakan pula untuk membangun desa.
"Rapat penentuan pembangunan desa dilakukan setiap tahun setelah lebaran. Biasanya 7 hari setelah lebaran sekaligus halal bihalal kita akan mendengarkan permintaan dan masukan warga desa," ungkap Damirin.
Baca juga: Perantau Lintas Agama di Gunungkidul Bagi-bagi Kebutuhan Lebaran
Setelah berdiri 9 tahun banyak hal sudah dilakukan Paguyuban Grinting untuk membangun kelurahannya.
Hasil paguyuban ini antara lain untuk memberikan dua unit mobil ambulans, membangun Masjid, membeli 12 hektar sawah untuk mempekerjakan petani yang tak punya lahan, membeli dua mesin giling padi, alat pompa air untuk membantu proses irigasi, dan membangun lapangan sepak bola.
"Ke depan kami berencana membeli bus sendiri, supaya ketika berangkat untuk mengikuti pertandingan sepak bola antar kelurahan, kami punya kendaraan sendiri. Jadi seolah-olah seperti club Persija lah," harapnya.
Membangun desa merupakan misi dan visi dari Paguyuban Grinting. Sebab selain untuk kemajuan, desa menurut perkumpulan ini, ibarat sebuah makam.
"Boleh ditinggalkan namun harus tetap dirawat. Hidup di mana saja boleh, tapi jangan lupa membangun tanah kelahiran," pungkas Damirin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.