Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sneakerhead Berburu Sepatu Compass di USS, Antre Sejak Malam hingga Diusir Satpam

Kompas.com - 10/11/2019, 15:09 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

ARTA, KOMPAS.com - Ada cerita menarik dari event Urban Sneaker Society (USS) 2019 yang digelar di SCBD District 8 Jakarta.

Cerita menarik tersebut berasal dari sneakerhead (sebutan pecinta sepatu sneaker) yang rela antre berjam-jam bahkan berhari-hari untuk membeli sepatu-sepatu yang akan menjadi koleksi baru mereka.

Salah satunya adalah Avik (23), pemuda asal Tangerang ini mengatakan sudah mengantre sejak pukul 23.00.

Event yang diselenggarakan selama tiga hari 8,9, dan 10 November 2019 ini membuat Avik rela tidak tidur dan antre semalaman.

"Saya antre itu dari jam 11," kata dia saat ditemui Kompas.com di acara USS SCBD District 8, Jakarta, Minggu (10/11/2019).

Namun sayang disayang, ketika mengantre di depan gedung SCBD District 8, Avik harus beristirahat ke tempat lain karena satpam tidak memperbolehkan antrean ketika malam hari.

Acara Urban Sneaker Society (USS) 2019 kembali digelar di District 8 SCBD Jakarta mulai dari tanggal 8 - 10 November 2019, Jakarta, Jumat (08/11/2019). Sepatu buatan asli Indonesia yakni Compass mejadi primadona incaran banyak para pengunjung yang datang di acara tesrebut.KOMPAS.com/M ZAENUDDIN Acara Urban Sneaker Society (USS) 2019 kembali digelar di District 8 SCBD Jakarta mulai dari tanggal 8 - 10 November 2019, Jakarta, Jumat (08/11/2019). Sepatu buatan asli Indonesia yakni Compass mejadi primadona incaran banyak para pengunjung yang datang di acara tesrebut.

Avik bercerita dia harus kehilangan antrean karena dua jam setelah dia meninggalkan antrean, barisan antrian mengular kembali.

Di hari ketiga ini, akhirnya Avik berhasil meraih nomor antrean berupa kupon untuk sepatu sneaker dengan brand Compass yang baru-baru ini menyedot atensi banyak pecinta sneaker nusantara.

"Hari pertama saya datang jam 11 malam, hari kedua saya antre jam 12 malem, hari ini jam 1 malem saya ke sini. Alhamdulillah dapat," kata dia.

Namun bagi Avik, perjuangan yang dia lakukan belum ada apa-apanya dibandingkan beberapa pecinta sneaker lainnya yang ikut dalam acara tersebut. Avik menceritakan beberapa temannya justru rela tidur di basement untuk menjaga antrean mereka.

Tidak hanya tidur di basement, ribuan orang yang mengantre untuk mendapatkan sepatu edisi terbatas dalam event tersebut juga berasal dari berbagai daerah seperti Sumatera dan Kalimantan.

"Tadi pagi saya dapat teman dari Cirebon, ada dari Kalimantan juga," kata Avik.

Antre dari pagi sampai pagi

Antrean para sneakerhead rupanya tak ada habisnya. Herman, salah seorang petugas keamanan yang berjaga di event USS tersebut mendapat informasi antrean terus-menerus terjadi baik pagi hingga malam hari.

"Mereka pagi sampai pagi itu mengantrenya," ucap Herman saat ditemui Kompas.com saat bertugas di event USS tersebut.

Sebagian besar antrean tersebut didominasi dari pencari sneaker dengan brand Compass yang memiliki tagline "Sepatu Asli Indonesia" tersebut.

"Mereka ke sini rata-rata untuk mengantri sepatu Compass. Jadi mereka yang mendapat nomor antrian itu yang bisa dapat sepatu Compass," ucap Herman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com