Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Keberagaman dan Kebaikan Lewat Tradisi Patekoan di Glodok

Kompas.com - 20/01/2020, 07:00 WIB
Audia Natasha Putri,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beragam cara bisa dilakukan seseorang untuk menyebarkan kebaikan dan berbagi kepada sesama.

Seperti dilakukan Pantjoran Tea House, kedai teh yang memiliki tradisi unik untuk menyebarkan kebaikan kepada sesama.

Pantjoran Tea House berlokasi di Jalan Pancoran Nomor 4, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. Pengelola menyediakan teh gratis setiap hari untuk siapa saja.

Tradisi itu bernama Patekoan, yaitu tradisi memberikan teh gratis kepada siapapun yang kebetulan lewat.

Siapapun bisa menikmati teh gratis ini, dari pedagang, masyarakat, turis, hingga ojek online.

Tradisi Patekoan sudah menjadi legenda di kawasan Glodok.

Tradisi ini pertama kali diperkenalkan oleh Kapiten Gan Djie dan istrinya. Awalnya, mereka ingin membantu masyarakat yang setiap harinya lewat di depan rumahnya, mulai dari pedagang, masyarakat, hingga kuli panggul.

Keadaan masyarakat pada saat itu membuat Kapitan Gan Djie dan istrinya iba dan memikirkan apa yang ia bisa dilakukan untuk membantu.

"Awalnya, Kapitan Gan Djie iba dengan para sopir andong yang terllihat kelelahan dan haus di depan rumahnya. Lalu, istrinya menyarankan untuk membantu mereka dengan menyediakan teh gratis sebanyak delapan teko di depan rumahnya untuk orang-orang yang sedang haus," ujar Agus Rudy (43), staf penerima tamu Pantjoran Tea House ketika ditemui Kompas.com, Jumat (17/1/2020)..

Patekoan berasal dari kata pat, yang berarti delapan dalam bahasa Mandarin dan teko. Jadi, Patekoan memiliki arti delapan teko. 

“Tradisi ini sudah terkenal di Glodok dan pencetusnya itu kapitan Gan Djie. Gan Djie membagikan teh gratis ini di depan kantornya. Waktu zaman Belanda, teh ini dapat diminum siapa saja, dari buruh, masyarakat, bahkan orang Belanda,” kata Agus.

Ia bercerita, Kapiten Gan Djie mencetuskan Tradisi Patekoan ini untuk menciptakan kebersamaan dan menyatukan masyarakat dari semua suku dan budaya. 

Tradisi Patekoan ini diteruskan oleh Pantjoran Tea House agar mengembalikan rasa solidaritas, kekeluargaan, serta keberagaman yang pernah dimunculkan oleh Kapten Gand Djie dan istrinya.

"Rata-rata banyakan turis, para ojol (ojek online), pedagang, pemulung, dan tukang bajaj. Kalau dari orang luar Glodok, biasanya mereka nanya dulu untuk memastikan beneran gratis sebelum minum," ujarnya.

Setiap harinya, tradisi Patekoan menyajikan delapan teko berisi teh hijau penuh dari pukul 08.00 – 19.00 WIB.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com