Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Pejabat Ditjen Pajak Lakukan Penganiayaan, Sosiolog: Harta Kekayaan Bisa Berpengaruh ke Tindak Kekerasan

Kompas.com - 07/03/2023, 21:27 WIB
Ellyvon Pranita,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah warganet kerap menghubung-hubungkan antara tindak pidana kasus penganiayaan oleh Mario Dandy Satrio berkaitan erat dengan harta kekayaan yang dimilikin orangtuanya, yakni eks Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selatan II Rafael Alun Trisambodo.

Kekerasan yang dilakukan Mario, sebut warganet, bisa jadi sebagai imbas kerap dimanjakan harta kekayaan orangtua yang bergelimang.

Lantas, benarkah demikian?

Sosiolog Universitas Gadjah Mada, AB Widyanta menyatakan, harta kekayaan orangtua memang bisa menjadi pemicu seorang anak bertingkah semena-mena terhadap orang lain.

Baca juga: Mutasi Rekening Terkait Rafael Alun Trisambodo Selama 4 Tahun Capai Rp 500 Miliar

Foto Mario Dandy dan rubicon. Foto Mario Dandy dan rubicon.

Pria yang akrab disapa Abe menjelaskan bahwa orangtua seharusnya berperan penting untuk menjelaskan kepada anaknya, mengenai cara bijak menikmati atau menggunakan kekayaan yang mereka miliki.

Orangtua disebut sebagai panutan atau role model yang sangat penting dan memegang peran besar untuk membentuk sifat anak akan seperti apa saat remaja maupun dewasa nanti.

"Role model dari orangtua anak si pelaku itu kan memberikan fasilitas kepada si anaknya dengan harta benda yang berlimpah tanpa melihat bagaimana jerih payah itu dilakukan untuk mendapatkan uang sebanyak itu," kata dia.

Baca juga: 15 Hari Sudah Korban Penganiayaan Mario Dandy Dirawat di ICU

"Tidak pernah diajari bagaimana mencari uang itu dengan berkeringat, bersusah payah, dia biasanya sudah bergelimang harta, jadi tidak salah kalau mereka kemudian si anak ini tidak punya kiblat tentang relasi-relasi etis yang memanusiakan orang lain," tambah dia.

Menurut Abe, seharusnya anak remaja itu memiliki penilaian yang baik tentang relasi-relasi etis untuk memanusiakan orang lain sebagai bagian yang mesti dihargai atau dihormati dan tidak boleh dilanggar hak manusia itu.

Jika dilanggar dan bertentangan dengan relasi etis tersebut, maka itu disebut dengan tindak kekerasan.

Baca juga: Shane Lukas Sebut Mario Dandy Sudah Rencanakan Penganiayaan terhadap D sejak Januari

"Pelanggaran hak atas orang lain karena dia sejak kecil tentu sudah dimanja dengan bergelimangnya harta begitu, apakah pernah mereka akan dibentuk dengan pribadi untuk peka terhadap sekitarnya, tentu masa bodoh dia," ucap dia.

"Tetapi masa bodohnya dia mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan itu salah atau benar itu tidak mesti," imbuhnya.

Dengan begitu, kata Abe, anak tersebut kemudian tumbuh dengan pemahaman yang keliru.

Terlebih saat anak yang dimaksud tumbuh dengan perhatian dan pendidikan yang kurang dari kedua orangtuanya.

Kurangnya perhatian dan pendidikan yang bijak dari orangtua juga kerap terjadi akibat kesibukan kedua orangtua mengejar karir dan mencari uang dari tempat bekerja.

Baca juga: Sri Mulyani Setujui Pemecatan Rafael Alun Trisambodo dari ASN

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jalan Margonda Macet Parah Sabtu Malam, Pengendara Buka Pembatas Jalan dan Lawan Arah

Jalan Margonda Macet Parah Sabtu Malam, Pengendara Buka Pembatas Jalan dan Lawan Arah

Megapolitan
Polisi Tangkap Pencopet yang Beraksi di Kerumunan Acara Hari Jadi Bogor

Polisi Tangkap Pencopet yang Beraksi di Kerumunan Acara Hari Jadi Bogor

Megapolitan
'Horor' di Margonda Kemarin Sore: Saat Pohon Tumbang, Macet, dan Banjir Jadi Satu

"Horor" di Margonda Kemarin Sore: Saat Pohon Tumbang, Macet, dan Banjir Jadi Satu

Megapolitan
Antusias Warga Berebut Hasil Bumi di Dongdang pada Hari Jadi Bogor, Senang meski Kaki Terinjak

Antusias Warga Berebut Hasil Bumi di Dongdang pada Hari Jadi Bogor, Senang meski Kaki Terinjak

Megapolitan
Ketua DPRD Kota Bogor Mengaku Siap jika Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota

Ketua DPRD Kota Bogor Mengaku Siap jika Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota

Megapolitan
Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

Megapolitan
Bisa Usung Calon Sendiri, PKS Belum Tentukan Jagoan untuk Pilkada Bogor 2024

Bisa Usung Calon Sendiri, PKS Belum Tentukan Jagoan untuk Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Sisa Banjir Sabtu Sore, Sampah Masih Berserakan di Jalan Margonda Depok

Sisa Banjir Sabtu Sore, Sampah Masih Berserakan di Jalan Margonda Depok

Megapolitan
Warga Ajak 'Selfie' Polisi Berkuda dan Polisi Satwa di CFD

Warga Ajak "Selfie" Polisi Berkuda dan Polisi Satwa di CFD

Megapolitan
Sambut HUT Ke-542 Bogor, Ratusan Orang Ikut Lomba Lari Lintasi Sawah dan Gunung

Sambut HUT Ke-542 Bogor, Ratusan Orang Ikut Lomba Lari Lintasi Sawah dan Gunung

Megapolitan
Penyalur Jadi Tersangka karena Palsukan Usia ART yang Lompat dari Rumah Majikan di Tangerang

Penyalur Jadi Tersangka karena Palsukan Usia ART yang Lompat dari Rumah Majikan di Tangerang

Megapolitan
Antusiasme Warga Berbondong-bondong Padati Balai Kota Menyambut Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542

Antusiasme Warga Berbondong-bondong Padati Balai Kota Menyambut Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542

Megapolitan
Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Megapolitan
Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Megapolitan
Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com