Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkah Laku Penumpang yang Bikin Sopir Bus AKAP Geleng-geleng Kepala

Kompas.com - 17/04/2023, 11:57 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ihsanuddin

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Nanang (60) sudah bekerja sebagai sopir bus di PO Lana Jaya selama 25 tahun.

Sepanjang kariernya, Nanang sudah mengangkut ribuan penumpang dari Sukabumi menuju Kampung Rambutan pergi-pulang (PP).

Ada beragam jenis manusia yang telah ia temui, termasuk mereka yang kelakuannya bikin Nanang geleng-geleng kepala.

"Cerita penumpang yang bikin saya geleng-geleng sejauh ini, kan saya nyari penumpang susah. Dibawa ngetem lama, kadang penumpang yang udah ada di bus merasa jengkel," ucap dia di Terminal Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (16/4/2023).

Baca juga: Kisah Pahit Para Sopir Bus AKAP Jelang Lebaran: Sulit Dapat Penumpang sejak Pandemi sampai Harus Tidur di Terminal

Lantaran tidak sabar, sejumlah penumpang kerap mengeluhkan lamanya waktu ngetem dari bus yang Nanang kendarai.

Terkadang, para penumpang yang tidak sabaran itu tidak mengomel, tetapi langsung turun dari bus.

Meski merasa kesal dengan kelakuan para penumpang itu, Nanang memaklumi karena tidak semua penumpang memahami bahwa ia harus mengejar setoran.

Cara Nanang menggaet penumpang adalah dengan mengetem di Terminal Kampung Rambutan selama 50 menit, lalu menuju Pasar Rebo dan mengetem selama 1 jam.

Jika sudah mengetem di dua tempat itu, tetapi tidak ada penumpang untuk diangkut ke Sukabumi, Nanang akan kembali ke Terminal Kampung Rambutan.

"Kalau enggak ada ya balik lagi ke terminal. Menginap nunggu besok," ucap dia.

"Kalau ada penumpang, misal 40 orang dari Terminal Kampung Rambutan, udah bisa langsung jalan (tanpa ngetem di Pasar Rebo)," jelas Nanang.

"Kalau ini, di Pasar Rebo ada satu jam nunggu kalau di Kampung Rambutan tidak ada atau cuma sedikit penumpang," sambung dia.

Ongkos kurang

Tingkah laku lainnya dari penumpang yang membuat Nanang geleng-geleng kepala adalah saat mereka pura-pura tidak punya uang pas.

Terkadang, mereka memberikan ongkos yang kurang dan berdalih tidak punya uang lagi.

"Saya tagih, bilangnya enggak ada dan udah biasa (naik tapi bayar separuh harga). Saya bilang, ya kalau di sini enggak biasa kayak begitu. Modusnya pura-pura bawa uang kurang gitu lah," ungkap Nanang.

Baca juga: Cerita Sopir Bus Hadapi Pedagang dan Pengamen yang Memaksa Minta Duit ke Penumpang

Umumnya, modus tersebut dilakukan oleh penumpang yang mengaku kecopetan.

Namun, ada kalanya mereka benar-benar kekurangan ongkos karena kecopetan. Biasanya, mereka turut membawa surat kehilangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com