Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjebak Macet Saat Mudik Bisa Sebabkan Keracunan hingga Kematian, Masyarakat Diminta Waspada

Kompas.com - 17/04/2023, 22:19 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 123,8 juta orang diprediksi akan mudik pada libur Lebaran 2023 ini.

Kemacetan pun sangat mungkin terjadi di sejumlah titik yang dilalui pemudik.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin meminta masyarakat untuk mengambil langkah antisipatif agar terhindar dari bahaya akibat bermacet-macetan dalam waktu lama.

Sebelumnya, pada mudik Lebaran 2016 lalu, sebanyak 17 orang meninggal dunia karena terjebak kemacetan panjang di Tol Brexit.

Sebelas di antara keseluruhan korban itu meninggal karena keracunan emisi CO (carbon monoxide) dan senyawa kimia lain yang diemisikan kendaraan bermotor.

Baca juga: Saat Pemudik Membeludak dan Tiket Kereta Api untuk H-1 Lebaran Ludes Terjual…

Perlu diketahui, bahan beracun yang terkandung di dalam polutan emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain particulate matter (PM), sulfur dioxide (SO2), nitrogen dioxide (NO2), carbon monoxide (CO), ozone (O3), hydro carbon (HC), dan lain-lain.

Umumnya zat-zat polutan udara tersebut langsung memengaruhi sistem pernapasan, pembuluh darah, sistem saraf, hati, dan ginjal.

Gejala yang timbul manakala terpapar adalah pusing-pusing, mual dengan penyakit/sakit ISPA, asma,dan tekanan darah tinggi.

Lalu bisa muncul pula gangguan fungsi ginjal, kerusakan pada sistem saraf, penurunan kemampuan intelektual (IQ) anak-anak, kebrutalan pada remaja, keguguran, impotensi, jantung coroner (coronary artery disease), kanker, dan kematian dini, sebagaimana dilansir Kompas.id.

Baca juga: Kekecewaan Pemudik Gratis Pemprov DKI yang Ketinggalan Bus karena Jadwal yang Mendadak Berubah

Ahmad menyarankan pemudik untuk merencanakan perjalanan secara matang agar terhindar dari kemacetan panjang.

”Jadi kita harus belajar dari kejadian Lebaran 2016. Kita tidak ingin itu terulang kembali,” ujarnya.

Namun apabila telanjur terjebak kemacetan, Ahmad Safrudin menyarankan para pemudik mengelola perjalanannya sehingga tidak melulu berada di dalam mobil.

Sebaiknya pemudik keluar dari mobil dan menjauh dari posisi mobil sekitar 30-50 meter setelah terlebih dahulu mematikan mesin mobil.

Untuk menghindari terik matahari atau hujan, tentu harus mempersiapkan payung, ponco, tenda portable, dan lain-lain; ketika tidak didapati perumahan penduduk dan atau warung/restoran untuk berteduh dan beristirahat.

Pemudik juga sebaiknya mempersiapkan makanan siap santap yang ringkas tetapi cukup gizi.

”Apa pun cara terbaik adalah merencanakan perjalanan mudik secara lebih bijaksana, misalnya menghindari penggunaan kendaraan pribadi dan lebih mengutamakan menggunakan angkutan umum massal, seperti kereta api yang tidak terkena macet,” ujarnya.

(KOMPAS/HELENA FRANSISCA NABABAN)

Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Waspada, Kemacetan Saat Mudik Beri Dampak Buruk hingga Kematian”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com