Salin Artikel

Terjebak Macet Saat Mudik Bisa Sebabkan Keracunan hingga Kematian, Masyarakat Diminta Waspada

Kemacetan pun sangat mungkin terjadi di sejumlah titik yang dilalui pemudik.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin meminta masyarakat untuk mengambil langkah antisipatif agar terhindar dari bahaya akibat bermacet-macetan dalam waktu lama.

Sebelumnya, pada mudik Lebaran 2016 lalu, sebanyak 17 orang meninggal dunia karena terjebak kemacetan panjang di Tol Brexit.

Sebelas di antara keseluruhan korban itu meninggal karena keracunan emisi CO (carbon monoxide) dan senyawa kimia lain yang diemisikan kendaraan bermotor.

Perlu diketahui, bahan beracun yang terkandung di dalam polutan emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain particulate matter (PM), sulfur dioxide (SO2), nitrogen dioxide (NO2), carbon monoxide (CO), ozone (O3), hydro carbon (HC), dan lain-lain.

Umumnya zat-zat polutan udara tersebut langsung memengaruhi sistem pernapasan, pembuluh darah, sistem saraf, hati, dan ginjal.

Gejala yang timbul manakala terpapar adalah pusing-pusing, mual dengan penyakit/sakit ISPA, asma,dan tekanan darah tinggi.

Lalu bisa muncul pula gangguan fungsi ginjal, kerusakan pada sistem saraf, penurunan kemampuan intelektual (IQ) anak-anak, kebrutalan pada remaja, keguguran, impotensi, jantung coroner (coronary artery disease), kanker, dan kematian dini, sebagaimana dilansir Kompas.id.

Ahmad menyarankan pemudik untuk merencanakan perjalanan secara matang agar terhindar dari kemacetan panjang.

”Jadi kita harus belajar dari kejadian Lebaran 2016. Kita tidak ingin itu terulang kembali,” ujarnya.

Namun apabila telanjur terjebak kemacetan, Ahmad Safrudin menyarankan para pemudik mengelola perjalanannya sehingga tidak melulu berada di dalam mobil.

Sebaiknya pemudik keluar dari mobil dan menjauh dari posisi mobil sekitar 30-50 meter setelah terlebih dahulu mematikan mesin mobil.

Untuk menghindari terik matahari atau hujan, tentu harus mempersiapkan payung, ponco, tenda portable, dan lain-lain; ketika tidak didapati perumahan penduduk dan atau warung/restoran untuk berteduh dan beristirahat.

Pemudik juga sebaiknya mempersiapkan makanan siap santap yang ringkas tetapi cukup gizi.

”Apa pun cara terbaik adalah merencanakan perjalanan mudik secara lebih bijaksana, misalnya menghindari penggunaan kendaraan pribadi dan lebih mengutamakan menggunakan angkutan umum massal, seperti kereta api yang tidak terkena macet,” ujarnya.

(KOMPAS/HELENA FRANSISCA NABABAN)

Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Waspada, Kemacetan Saat Mudik Beri Dampak Buruk hingga Kematian”.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/17/22194731/terjebak-macet-saat-mudik-bisa-sebabkan-keracunan-hingga-kematian

Terkini Lainnya

Usai Bunuh Ayahnya, Putri Pedagang Perabot di Duren Sawit Gondol Motor dan Ponsel Korban

Usai Bunuh Ayahnya, Putri Pedagang Perabot di Duren Sawit Gondol Motor dan Ponsel Korban

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas 3 Jukir Liar yang Getok Tarif Parkir Bus Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

Polisi Kantongi Identitas 3 Jukir Liar yang Getok Tarif Parkir Bus Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

Megapolitan
Pedagang Perabot Dibunuh Anaknya, Pelaku Emosi karena Tidak Terima Dimarahi

Pedagang Perabot Dibunuh Anaknya, Pelaku Emosi karena Tidak Terima Dimarahi

Megapolitan
Pembunuh Pedagang Perabot Sempat Kembali ke Toko Usai Dengar Kabar Ayahnya Tewas

Pembunuh Pedagang Perabot Sempat Kembali ke Toko Usai Dengar Kabar Ayahnya Tewas

Megapolitan
KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Megapolitan
Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Megapolitan
Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Megapolitan
Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Megapolitan
Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Megapolitan
Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir 'Stunting' Meningkat

Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir "Stunting" Meningkat

Megapolitan
Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Megapolitan
Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke