JAKARTA, KOMPAS.com - Mai (31) mengungkapkan sebuah cerita menarik di tengah perbincangan soal mudik Lebaran.
Pedagang minuman di sekitar kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, ini mengaku, ia sempat menerima beasiswa di salah satu universitas ternama di Jawa Barat.
"Dulu waktu 2011, saya pernah kuliah di Universitas Padjadjaran jurusan akuntansi. Itu saya dapat beasiswa," kata Mai di sekitar kawasan TMII, Jakarta Timur, Minggu (23/4/2023).
Akan tetapi, karena alasan pribadi, Mai terpaksa berhenti saat menginjak Semester 6.
Baca juga: Pilih Jualan Saat Lebaran, Pedagang Minuman di TMII Ini Bisa Raup Untung Rp 1 Jutaan Per Hari
Meski mendapat tawaran untuk melanjutkan kegiatan perkuliahan, Mai terpaksa menolak dan memutuskan untuk berhenti.
"Saya enggak pengin jurusan akuntansi sebenarnya, penginnya Matematika. Cuma karena pas SMA saya dari jurusan IPS, waktu itu enggak bisa," tutur dia.
Mai mengatakan, masih tertarik untuk melanjutkan kuliah di jurusan yang dahulu diinginkan.
Namun, ia harus mengurungkan niat karena masalah ekonomi.
Saat ini, Mai pun sibuk mengurus anaknya yang berusia 7 tahun di sela-sela pekerjaannya sebagai pedagang minuman.
Mai lahir di Jakarta. Orangtuanya pun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta.
Namun, masih banyak saudara dan teman Mai yang tinggal di Medan.
Baca juga: Catatan Mudik 2023, Tak Ada Lagi Kemacetan Mengular Puluhan Kilometer
Beberapa tahun usai berhenti kuliah, tepatnya pada 2014, Mai sempat kembali ke Medan untuk urusan keluarga. Ia tinggal di sana hingga 2019.
Selama berada di Medan, Mai mencoba peruntungan dengan membantu keluarganya berdagang sayur di pasar.
Mai mulai bersiap-siap pukul 24.00 WIB untuk mengambil dagangan di pasar induk.
Ia mulai berjualan pukul 04.00 WIB-12.00 WIB. Ragam sayuran yang Mai jual antara lain cabai dan tomat.
"Waktu jualan di pasar dulu, sehari bisa raup ratusan ribu sih, sekitar Rp 500.000-an. Itu pendapatan bersih kalau tidak ada potongan untuk bayar utang," ungkap Mai.
Namun, karena suatu hal, Mai tidak lagi membantu keluarganya berdagang sayur.
Jika nekat ingin menjual sayur sendiri pun Mai harus melakukanya di pasar lain.
"Makanya saya pindah lagi ke Jakarta. Di sini enggak jualan sayur karena harus beradaptasi," ucap Mai.
Baca juga: Cuaca Berangin dan Berawan, Wahana Kereta Gantung TMII Ditutup Sementara
"Pendatang kalau enggak kenal siapa-siapa aja di pasar ya agak sulit buat jualan. Belum lagi tau ambil barangnya di mana," imbuh dia.
Sejak kembali ke Jakarta pada 2019, Mai membantu menjaga warung milik orangtuanya.
Di sela-sela kesibukannya, Mai berprofesi sebagai pedagang minuman di sekitar TMII.
Mai berdagang setiap hari, mulai sekitar pukul 15.00 WIB-22.00 WIB pada hari biasa.
Sementara pada akhir pekan dan hari libur Nasional seperti Lebaran, Mai sudah menggelar lapak sejak pukul 08.00 WIB.
"Sebelum pandemi, pendapatan di hari biasa kisaran Rp 300.000-Rp 500.000. Kalau hari libur, per hari kisaran Rp 1 juta. Makanya, lumayan kalau jualan pas hari libur dan momen liburan kayak Lebaran," ujar Mai.
Baca juga: Tak Bisa Mudik Saat Libur Lebaran, Pedagang Minuman di TMII Ini Terkendala Biaya
Sementara selama pandemi, yakni sepanjang 2020-2021, ia bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari toko kelontong milik orangtuanya.
Mulai 2022, Mai kembali menggelar lapak minuman di sekitar TMII. Pendapatan hariannya berkurang menjadi Rp 100.000-Rp 200.000.
Akan tetapi, pendapatan saat akhir pekan dan hari libur nasional tetap berada pada kisaran Rp 1 juta.
"Kalau tahun ini, pendapatan hari biasa dan libur Nasional balik lagi kayak sebelum pandemi, malah sedikit lebih bertambah," Mai berujar.
"Kalau liburan kayak Lebaran, pembeli paling ramai pagi sampai siang. Sore juga masih ada pembeli. Kalau sore menjelang malam, cuma beberapa aja pembelinya," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.