JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian warga RT 007/RW 10 Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, mengeluhkan debit air yang mengecil akibat musim kemarau.
Ketua RT 007 Matzen mengatakan, kondisi ini sudah terjadi sejak dua bulan lalu.
"Aliran air sudah enggak sebanyak sebelumnya," tutur dia kepada Kompas.com, Senin (16/10/2023).
Air yang mengalir kecil itu saat ini memang masih bisa dimanfaatkan untuk mengisi bak mandi, mencuci, atau mengepel.
Baca juga: Hadapi El Nino, Pemprov DKI Jakarta Optimalkan Berbagai Upaya untuk Pasok Air Bersih
Meski demikian, warga membutuhkan waktu lebih lama untuk menampung air di rumah mereka.
"Di rumah saya, ukuran bak mandi 50 liter. Sekarang untuk isi penuh bisa dua jam. Kalau pas debit air masih kencang, enggak sampai 30 menit sudah penuh baknya," terang Matzen.
Selain Matzen, warga lainnya yang terdampak adalah Gimun (48) dan Suryati (50). Sepasang suami istri ini harus berbagi satu sumber air dengan tiga keluarga lainnya.
Sebelum debit air mengecil, keduanya tidak memiliki masalah ketika sumber air digunakan oleh empat keluarga sekaligus.
"Kalau sekarang jadi saling rebutan sejak aliran airnya kecil. Ganti-gantian kalau mau pakai air," kata Suryati, Senin.
Hal yang paling sering terjadi adalah ketika Suryati hendak mencuci peralatan dapur, tetapi pekerjaannya bisa memakan waktu lama.
Baca juga: Irigasi Sawah Tak Maksimal, Petani Minta Sumber Air di Rorotan Dibersihkan dari Sampah
Dia membuka warung soto ayam sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk mencuci alat makannya. Sementara itu, kucuran air keran sudah mengecil sejak sekitar dua bulan lalu.
"Untuk nyuci baju juga saya jadi lebih sering malam hari pas enggak ada keluarga lain yang makai air. Nyuci siang cuma untuk pakaian sisa saja," tugur Suryati.
Gimun selaku suami Suryati menambahkan, air yang mengalir saat ini memiliki bau tidak sedap. Hal ini terjadi bersamaan dengan mengecil debit air.
"Air juga bau lumpur. Tampilannya memang bersih, cuma ada baunya," ujar Gimun, Senin.
Sementara di rumah Matzen, air tidak hanya berbau tidak sedap tetapi juga keruh.
Kondisi itu membuat ia sekeluarga tidak nyaman menggunakannya, meski hanya untuk keperluan sehari-hari dan bukan untuk dikonsumsi.
"Tetap bikin enggak nyaman walau untuk mandi karena baunya itu (menyengat)," ucap Matzen.
Baca juga: Tinggi Muka Air Bendungan Sungai Cisadane Menyusut 1 Meter, Terancam Kekeringan
Meski begitu, Matzen, Suryati, dam Gimun menuturkan bahwa permasalahan utama tetap pada debit air yang lebih kecil dari sebelumnya.
Terkait hal tersebut, Gimun mengatakan bahwa solusinya adalah penggalian yang lebih dalam pada sumber air saat ini.
Akan tetapi, ia dan warga lainnya yang terdampak tidak memiliki biaya yang cukup untuk melakukan pengeboran.
Matzen dan Gimun mengatakan, wilayah RT 007 sudah mendapat bantuan berupa air bersih dari Polsek Duren Sawit dan Polres Metro Jakarta Timur.
Akan tetapi, hal tersebut masih belum mengatasi masalah debit air yang mengecil.
"Berharap ada bantuan dari Pemkot, dibuatkan saluran PAM, atau pembuatan sumur (sumber air) yang lebih dalam. Ya kami minta pengertian supaya cepat dibantu kesulitan-kesulitan warga," kata Gimun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.