JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah demi masalah terus terjadi pada moda transportasi lintas raya terpadu atau LRT Jabodebek.
Sejak pertama kali beroperasi pada 28 Agustus 2023, sejumlah masalah pada LRT Jabodebek terus dikeluhkan penumpang.
Masalah itu antara lain ketinggian pintu yang terlalu rendah, rem terlalu kasar, dan listrik beberapa kali padam. Tak berhenti sampai di situ, kini muncul masalah pada roda.
Baca juga: Kereta LRT Jabodebek Ringan, Pakar: Tapi Kok Malah Cepat Rusak
Pengelola LRT Jabodebek menyatakan bahwa ada 18 trainset yang kini masuk bengkel. Sebab, roda pada belasan trainset itu sudah aus sehingga harus dibubut.
Pembubutan roda membutuhkan waktu lama karena pihak LRT Jabodebek hanya memiliki satu mesin bubut.
Akibatnya, pihak LRT Jabodebek terpaksa memangkas seratusan perjalanan karena hanya sedikit rangkaian kereta yang bisa digunakan.
"Kini hanya sembilan trainset yang tersedia. Artinya, ada 103 perjalanan yang kami batalkan saat ini," kata Manajer Humas LRT Jabodebek Kuswardoyo, Rabu (25/10/2023) lalu.
Kini hanya ada 131 perjalanan kereta per hari. Hal ini menyebabkan jarak kedatangan antarkereta (headway) menjadi semakin panjang, yakni mencapai 1 jam dari awalnya 30 menit.
Penumpang pun mengeluhkan jarak kedatangan antarkereta yang lama tersebut.
Melihat berbagai masalah pada LRT Jabodebek yang baru seumur jagung, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mengaku heran.
"Keretanya kereta ringan. Seharusnya asumsi ringan itu kan smooth, easy, mudah, gampang, tapi kok kenyataannya malah jadi cepat rusak," kata Deddy saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/10/2023).
Deddy membandingkan rangkaian kereta LRT Jabodebek dengan kereta api jarak jauh milik PT KAI, yakni Argo Parahyangan, Argo Anggrek, atau Kereta Api Taksaka.
Baca juga: Menyempurnakan Layanan LRT Jabodebek
Menurut catatannya, kereta-kereta jarak jauh itu baru akan diganti rodanya ketika sudah mencapai usia 12 tahun atau ketika jarak tempuhnya mencapai 1,5 juta kilometer.
Sementara itu, roda LRT Jabodebek justru sudah rusak, padahal baru beroperasi dua bulan, terhitung sejak diluncurkan 28 Agustus 2023.
"Nah, LRT baru kemarin sore. Sejauh-jauhnya, mungkin mereka sudah menggunakan sejak tahun 2019. Tahun 2019 itu trek masih dinamis, lalu tes commisioning juga di sini. Mungkin ada yang gagal, kemungkinan roda-roda atau kampas rem itu kan seharusnya mereka sudah siap," tutur Deddy.
Oleh karenanya, Deddy mendesak adanya pembentukan tim independen yang bertugas menyelidiki penyebab berbagai masalah pada LRT Jabodebek.
Terlebih, dengan banyaknya masalah yang terjadi, bukan tidak mungkin ada masalah-masalah lainnya yang akan muncul.
Baca juga: Belasan Rangkaian LRT Masuk Bengkel karena Roda Cepat Aus, Pakar: Didambakan tapi Mengecewakan
Menurut Deddy, audit dilakukan semata-mata demi kebaikan warga sebagai pengguna transportasi umum, agar terhindar dari bahaya.
"Saya mengusulkan perlu ada tim independen yang mungkin mengaudit atau menginvestigasi, sebenarnya missing-nya (kesalahannya) di mana," kata Deddy.
"Sarananya yang salah atau prasarananya yang salah, atau spesifikasi relnya yang berbeda, atau spesifikasi rodanya yang beda. Jadi, itu harus diinvestigasi, jangan sampai saling menyalahkan," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.