JAKARTA, KOMPAS.com - Irjen Pol (Purn) Hamidin Aji Amin mengungkapkan perjuangannya sebagai Kapolsek pertama Entikong, Kalimantan Barat, yang bertugas menjaga patok perbatasan Indonesia-Malaysia di era 1990-an.
Saat itu, jalan menuju perbatasan masih hutan belantara. Kendaraan sudah pasti tak bisa melintas.
Karena itu, Hamidin bersama Komandan Rayon Militer (Danramil) Entikong memutuskan berjalan kaki untuk sampai di sebuah pos perbatasan Indonesia-Malaysia.
Mereka melalui jalan terjal dengan jurang di sisi kanan-kiri. Mereka memerlukan waktu satu hari untuk sampai ke lokasi tujuan.
“Persoalannya, desa terjauh Entikong, ada Suruh Tembawang di Gun Jemak. Saya berjalan dengan Danramil. Itu satu hari baru tiba di lokasi. Kemudian, kami lihat patok, itu kadang-kadang bergeser,” kata Hamidin di Kantor Badan Nasional Pengelola Perbatasan Indonesia (BNPP), Jakarta Pusat, Senin (4/12/2023).
Baca juga: Kisah dan Perjuangan Kapolsek Pertama di Entikong, Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia
Dalam perjalanan menuju perbatasan, Hamidin melihat kondisi wilayah Indonesia yang jauh berbeda dengan Malaysia.
“(Saya lihat) di kita (Indonesia) itu masih hutan belantara dengan jurang dan sungai. Sementara itu, di sebelah (Malaysia), jalannya sudah bagus, ada kebun kelapa sawit. Jadi, dari aspek pertahanan dan ekonomi, mereka sudah siap,” tutur dia.
Suatu waktu, Hamidin juga pernah melintas dari Entikong ke negara tetangga melalui Pos Tebedu, Malaysia.
Begitu masuk wilayah Malaysia, ia terkagum-kagum melihat gerbang perbatasan negara tetangga yang luar biasa bagus.
Kondisinya sangat berbeda jauh dengan jalan di Entikong.
“Dari Tebedu, jalan mereka sudah (aspal) hotmix sampai ke Kuching (Ibu Kota Serawak, Malaysia). 1,5 jam sudah sampai Kuching,” tutur Hamidin.
Baca juga: Diresmikan pada 2019, Terminal Barang Internasional Entikong Ternyata Belum Beroperasi
Sementara itu, di Indonesia, jalan dari Entikong menuju Ibu Kota Kalimantan Barat, Pontianak, masih rusak parah. Butuh waktu 7,5 jam untuk sampai ke Pontianak.
“Kita (dari Entikong) mau ke Pontianak, itu butuh 7,5 jam dengan jalan yang masih banyak berlubang, batu, kerikil, bahkan ada yang lumpur,” kata Hamidin.
Untuk diketahui, Entikong merupakan perbatasan pertama di Indonesia yang memiliki gerbang menuju negara tetangga. Gerbang perbatasan saat itu diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Sekitar 1990-an, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang masih di bawah naungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) diperintahkan mendirikan Kepolisian Sektor (Polsek) di Entikong.
Tujuannya untuk mengimbangi kekuatan negara tetangga di Pos Tebedu, Malaysia, yang sudah memiliki balai polisi dengan peralatan modern.
Baca juga: Dari Perbatasan Indonesia-Malaysia: Ringgit Laku di Entikong, Rupiah Bisa Dipakai di Tebedu
Hamidin pun lolos seleksi menjadi Kapolsek pertama Entikong. Dia dipindahtugaskan ke sana dengan peralatan lengkap dan memiliki 178 personel.
“Bayangkan, untuk patroli ke perbatasan, saya dikasih kendaraan patroli lalu lintas lengkap. Seorang Kapolsek diberikan kendaraan dinas sendiri dan wajib punya ajudan untuk mengimbangi Malaysia,” ungkap Hamidin.
Mengemban tugas sebagai Kapolsek Entikong selama tiga tahun merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi Hamidin.
Koordinator Kelompok Ahli BNPP itu merasa bangga ketika kembali Entikong dan melihat kondisi perbatasan yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
“Presiden Joko Widodo sudah mengatakan bahwa perbatasan itu dijadikan sebagai etalase negara. Jadi, kita harus berbangga sebagai bangsa Indonesia saat ini,” tutur Hamidin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.