Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ibu-ibu dan Mahasiswi di Bogor, Diupah Rp 200.000 Jadi Tenaga Pelipat Surat Suara Pemilu 2024

Kompas.com - 08/01/2024, 13:31 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bogor, Jawa Barat, mulai melakukan penyortiran dan pelipatan surat suara Pemilu 2024, Senin (8/1/2024).

Pantauan Kompas.com, gudang logistik milik KPU yang berada di Jalan Sudirman, Kota Bogor, mulai dipenuhi warga sejak pagi.

Mereka datang untuk menjadi tenaga sortir dan pelipat surat suara yang sebelumnya telah direkrut oleh KPU setempat.

Baca juga: 37 Hari Jelang Pemilu 2024, KPU Jakarta Utara Temukan 529 Surat Suara Rusak

Antrean warga terlihat mengular hingga ke area parkir kendaraan. Satu per satu warga berbaris, mengantre untuk bisa masuk ke dalam gudang.

Tepat di depan gerbang masuk, petugas KPU melakukan pemeriksaan secara berlapis. Mereka yang sebelumnya telah terdata sebagai tenaga perbantuan kemudian dipersilakan masuk dengan menunjukkan bukti identitas diri.

Pemilu 2024 memang membawa berkah tersendiri bagi masyarakat, utamanya yang terlibat sebagai pekerja pelipatan surat suara.

Baca juga: Jadi Petugas Sortir Surat Suara, Aris: Lebih Baik dan Bersih daripada Jadi Kuli

Mereka berasal dari berbagai latar belakang berbeda, mulai dari ibu-ibu hingga mahasiswa. Tujuannya cuma satu, mengisi waktu luang dan mencari cuan.

Warni, seorang ibu rumah tangga asal Pamoyan, Kecamatan Bogor Selatan, misalnya. Ia mengaku tertarik menjadi tenaga pelipat surat suara karena bayarannya yang cukup besar.

Warni mengatakan, nantinya ia akan menerima upah sebesar Rp 200.000 dari pekerjaannya sebagai tenaga pelipat surat suara.

"Lumayan, dibayar Rp 200.000 kan. Daripada nganggur di rumah," kata Warni saat ditemui di Gudang Logistik KPU Kota Bogor.

Baca juga: Upahnya Senilai UMP Jakarta, Petugas Ditarget Sortir-Lipat 2.000 Lembar Surat Suara dalam Sehari

Warni menjelaskan, tugasnya yaitu menyortir dan melipat surat suara. Setiap orang, sambungnya, akan mendapat jatah satu dus yang berisi 500 lembar surat suara.

Ia mengaku, Pemilu 2024 ini menjadi pengalaman keduanya bertugas sebagai pekerja pelipat surat suara.

Pada Pemilu sebelumnya, Warni juga mendaftarkan diri dengan posisi pekerjaan yang sama.

Namun bedanya, Pemilu sebelumnya ia dibayar sebesar Rp 75.000 untuk per satu dus yang berisi 500 lembar surat suara.

"Bedanya kalau Pemilu kemarin kan dibayar Rp 75.000 untuk satu dus. Seminggu dikerjain beres. Kalau sekarang dijatah, satu orang satu dus. Kalau dulu bebas," ungkapnya.

Baca juga: Upah Petugas Lipat Kertas Surat Suara Pemilu 2024 Capai UMP DKI Jakarta

Cerita berbeda datang dari Elsa, Nurul, dan Nindi. Ketiganya merupakan mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bogor.

Mereka mengaku berminat menjadi tenaga pelipat surat suara karena ingin mengisi waktu luang di luar jam kuliahnya.

Selain itu, dengan imbalan honor yang cukup besar juga menjadi alasan lainnya.

"Masih semester satu. Ini baru pertama kali. Buat nambah pengalaman, kan dibayar juga. Hitung-hitung ngisi waktu luang," pungkas Elsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

Megapolitan
Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Megapolitan
Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan 'Gimana' kalau Dilarang?

Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan "Gimana" kalau Dilarang?

Megapolitan
Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Megapolitan
KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya 'Black Box'

KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya "Black Box"

Megapolitan
Siasat Begal di Jaktim: Berpura-pura Jadi 'Debt Collector' lalu Tuduh Pengendara Motor Berwajah Lugu Telat Bayar Cicilan

Siasat Begal di Jaktim: Berpura-pura Jadi "Debt Collector" lalu Tuduh Pengendara Motor Berwajah Lugu Telat Bayar Cicilan

Megapolitan
Isak Tangis Istri Korban Pesawat Jatuh di BSD Iringi Kepulangan Jenazah

Isak Tangis Istri Korban Pesawat Jatuh di BSD Iringi Kepulangan Jenazah

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Terdapat Benturan pada Jidat

Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Terdapat Benturan pada Jidat

Megapolitan
Penerbangan Pesawat yang Jatuh di BSD dalam Rangka Survei Landasan Baru di Tanjung Lesung

Penerbangan Pesawat yang Jatuh di BSD dalam Rangka Survei Landasan Baru di Tanjung Lesung

Megapolitan
Pesawat Jatuh di Tangsel, KNKT: Pilot Berkeinginan Mendarat Darurat di Lapangan Sunburst

Pesawat Jatuh di Tangsel, KNKT: Pilot Berkeinginan Mendarat Darurat di Lapangan Sunburst

Megapolitan
KNKT Masih Telusuri Penyebab Pilot Ingin Mendarat Darurat di Lapangan Sunburst BSD

KNKT Masih Telusuri Penyebab Pilot Ingin Mendarat Darurat di Lapangan Sunburst BSD

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Batasi Satu Alamat Rumah Maksimal 3 KK

Pemprov DKI Bakal Batasi Satu Alamat Rumah Maksimal 3 KK

Megapolitan
Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com