Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Harga Beras Meroket, Petani di Rorotan “Full" Senyum

Kompas.com - 04/03/2024, 09:46 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga beras di pasaran tengah melonjak dalam beberapa pekan terakhir.

Dikutip dari laman Badan Pangan Nasional, harga beras medium di DKI Jakarta per 4 Maret 2024 dibanderol Rp 14.640 per kilogram.

Sementara, beras premium berada di angka 16.910 per kilogram.

Baca juga: Gempuran Tingginya Harga Beras dan Telur yang Ikut Meroket...

Meroketnya harga beras membuat masyarakat resah. Sebab, bahan pokok lainnya ikut meroket imbas kenaikan harga beras.

Walau demikian, tak semua masyarakat merasakan hal serupa. Petani di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, misalnya.

Suhari (67), salah satu petani di Rorotan, mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi daripada musim panen sebelumnya.

Ia mengatakan, satu kilogram gabah basah bisa dihargai Rp 6.500 hingga Rp 6.800 per kilogram.

“Alhamdulillah, saya ikut merasakan dampak positif dari naiknya harga beras. Saya baru panen besar bulan Januari lalu dan harga jual ke pengepul juga bagus,” ujar dia saat ditemui Kompas.com, Minggu (3/3/2024) petang.

Baca juga: Harga Beras di Bekasi Masih Terasa Mahal, Pedagang: Cuma Turun Sedikit...

Suhari bahkan tak menampik jika harga jual yang ditawarkan pengepul kali ini adalah yang terbaik dalam satu tahun terakhir.

Pasalnya, harga juga gabah petani di Rorotan sebelumnya hanya dibanderol Rp 5.000 hingga Rp 5.200 per kilogram.

“Kalau ditarik satu tahun terakhir. Ini kayaknya yang paling bagus harga jualnya. Pas banget dengan musim panen juga,” tutur dia.

Selama musim panen bulan lalu, Suhari mengungkap, sawah yang digarapnya menghasilkan 10 ton gabah basah.

Gabah itu dihasilkan dari sawah seluas 2,5 hektar yang terletak tak jauh dari Jalan Inspeksi Kanal Timur.

“Jadi tinggal dikalikan saja antara hasil panen dan harga jual gabah. Ambil rata-rata Rp 6.800 misal, totalnya sekitar Rp 68 juta,” ungkap dia.

Baca juga: Harga Beras Naik, Pedagang di Bekasi: Omzet Turun, Dagangnya Sudah Hancur Banget

Bila dihitung dengan modal awal saat menanam dan perawatan, pria yang telah bertani selama dua dekade itu menyebut selisihnya cukup besar.

Ketika menanam dan merawat padi selama empat atau lima bulan, Suhari mengeluarkan modal kira-kira Rp 31 juta.

“Paling mahal itu buat beli pupuk, totalnya bisa Rp 17,5 juta untuk 2,5 hektar sawah. Selain itu, harga obat juga lumayan, bisa menyentuh Rp 6.,6 juta dari awal hingga panen,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Megapolitan
Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Megapolitan
Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Megapolitan
Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Megapolitan
Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Megapolitan
Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Megapolitan
Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Megapolitan
Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Megapolitan
Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Megapolitan
Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Megapolitan
Polisi Proses Laporan Dugaan Pemerkosaan Siswi SLB di Jakbar

Polisi Proses Laporan Dugaan Pemerkosaan Siswi SLB di Jakbar

Megapolitan
Buka Penjaringan Bacagub Jakarta, DPW PSI: Kami Cari Jokowi-Jokowi Baru

Buka Penjaringan Bacagub Jakarta, DPW PSI: Kami Cari Jokowi-Jokowi Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com