DEPOK, KOMPAS.com- Thohir (59), marbut Masjid Jami’atul Khair di Kedung Waringin, Kabupaten Bogor juga memiliki pekerjaan lain sebagai tukang ojek.
Ia enggan pilih-pilih pekerjaan demi mencari nafkah untuk bertahan hidup.
"Kebetulan saya antar anak tetangga tiap berangkat sekolah, ya saya ayo terus. Apapun saya kerjakan yang penting halal," kata Thohir saat ditemui Kompas.com.
Baca juga: Tak Bisa Andalkan Gaji Marbut Masjid, Thohir Juga Buka Toko Kelontong
Thohir mengungkapkan, pekerjaan alternatif ini dia lakukan karena kondisi ekonominya kurang baik. Pendapatan dari pekerjaannya sebagai marbut pun kurang mencukupi.
"Sistem kerjanya (ojek) dikontrak per bulan sama tetangga sendiri. Tapi cuma antar ke sekolah saja, kalau jemput enggak. Ini saya antar ke sekolah daerah Cibinong," tutur dia.
Dari pekerjaan tukang ojek, Thohir bisa menerima bayaran sekitar Rp 300.000 setiap bulan untuk 20-25 kali antar.
"Hasil kerja dari tukang antar ini juga dipakai untuk bayar listrik bulanan. Makanya, saya terus cari pekerjaan lain untuk nambal ini, nambal itu," tambah Thohir.
Namun, pekerjaannya ini juga tidak bisa diandalkan sebab langganan itu bisa diputus kapan saja.
"Kalau upah marbut kan cuma untuk bayar tagihan rumah, gimana buat makan? Ya dari tukang ojek ini salah satu buat sambung hidup. Atau ya uang saku dari anak, ya gitu aja terus," kata Thohir.
Baca juga: Terima Upah Marbut Masjid Rp 700.000 Per Bulan, Thohir: Cuma Cukup untuk Bayar Tagihan Rumah
Di samping itu, Thohir juga membuka toko kelontong di pekarangan rumahnya.
Dia menggunakan sela waktu pekerjaannya sebagai marbut untuk menjaga warung selama beberapa jam, sebelum kembali ke masjid.
"Misal setelah saya selesai bersih-bersih sebagian area masjid pas subuh, nanti saya kembali ke rumah buat jaga-jaga warung sebentar," kata dia.
Namun, kondisi warung miliknya juga tak pernah sepenuhnya baik.
"Kayaknya karena lokasi warung agak mojok di perumahan, sampai sekarang hampir enggak ada kemajuan," ucap Thohir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.