JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat isu bekelanjutan (sustainability) Sigmaphi, Gusti Raganata membantah biaya operasional dan investasi pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, Jakarta Utara mencapai Rp 3 triliun per tahun seperti yang dikatakan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Menurut dia, total investasi pembangunan ITF Sunter mencapai 253 juta dollar AS atau setara dengan Rp 4 triliun dan hanya sekali dikeluarkan, bukan setiap tahun.
"Ivestasi hanya sebesar 253 juta dollar AS dan hanya dilakukan satu kali, bukan setiap tahun dan sepenuhnya ditanggung oleh investor," ucap Gusti ketika diwawancarai Kompas.com, Kamis (4/4/2024).
Baca juga: Heru Budi Sebut Pemprov Harus Gelontorkan Rp 3 Triliun Setahun jika Lanjutkan ITF Sunter
Ia juga menjelaskan, biaya operasional ITF Sunter yang akan ditanggung investor dan Pemprov DKI Jakarta dengan tipping fee sebesar Rp 585.000 per ton dengan kapasitas pengelolaan sampah di Sunter sebesar 2.200 ton per hari.
"Artinya, dalam satu bulan Pemrov DKI hanya mengeluarkan biaya Rp 38 Miliar dan dalam per tahun, total hanya Rp 450 miliar," jelasnya.
Gusti juga menegaskan, apabila memang Pemprov DKI Jakarta saat ini harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 3,4 triliun maka uang tersebut pun akan kembali.
"Dengan adanya ITF/PSEL Sunter Pemprov DKI akan diuntungkan sekitar Rp 450 miliar per tahun, dan setelah 25 tahun operasional ITF/PSEL ini akan di serahkan kembali kepada Pemprov DKI secara gratis," terangnya.
Baca juga: Pengamat: Alasan Penghentian Pembangunan ITF Sunter Tidak Logis
Hal serupa juga disampaikan oleh pengamat lingkungan Sony Teguh Trilaksono, yang juga membantah bahwa Pemrov DKI harus mengeluarkan biaya Rp 3 triliun per tahun untuk biaya operasional ITF Sunter.
Menurut perhitungannya, biaya tipping fee ITF Sunter hanya sekitar Rp 1,7 triliun per tahun
"Sebagai gambaran, biaya tipping fee kurang lebih Rp 600.000 per ton sampah. Di Jakarta dengan volume sampah 8.000 ton per hari, biaya tipping fee sekitar Rp 1,7 triliun per tahun. Itu biaya per tahun yang harus dikeluarkan untuk ITF," ucapnya kepada Kompas.com.
Ia juga menjelaskan, biaya tipping fee bisa berkurang setelah ITF Sunter menghasilkan listrik.
"Biaya bisa berkurang setelah ITF menghasilkan listrik, karena ada penghasilan dari penjualan listrik ke PLN," ucapnya.
Di sisi lain, biaya pengelolaan sampah yang tadinya rutin setiap tahun dialokasikan untuk pengangkutan sampah ke Bantargebang akan menjadi nol ketika adanya ITF Sunter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.