JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RW 12 Kelurahan Tanah Tinggi, Imron Buchari, mengaku pernah mengikuti penyuluhan soal penanganan maraknya tawuran di Kecamatan Johar Baru.
Dalam kesempatan beberapa tahun lalu tersebut, kata Imron, pembicara menyampaikan kepada ketua RT, ketua RW, dan orangtua agar lebih memperhatikan pola kehidupan anak-anak, salah satunya menyuruh mereka tidur pada pukul 22.00 WIB.
Setelah penyuluhan tersebut selesai, Imron menyarankan agar pembicara datang langsung untuk melihat lingkungan permukiman RW 12.
“Saya bilang. 'Bu, kalau bicara rumahnya komplek, enak. Coba datang ke tempat kami, di RW 12, lihat realitanya’” ujar Imron saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (25/4/2024).
Di lain waktu, Imron mendampingi sang pembicara untuk melihat kondisi permukiman RW 12. Dalam kesempatan tersebut, kata dia, pembicara langsung tertegun.
“Akhirnya dia merasa, 'Waduh, ini di luar kemampuan saya Pak RW'. Nah, ini yang terjadi. Kalau ini diterapkan, saya juga sebagai orangtua juga mau, 'Ayo waktunya tidur, masuk-masuk'. Tapi, enggak sesuai dengan situasi dan kondisi kan,” kata dia.
Imron menjelaskan, sejumlah warga RW 12 Kelurahan Tanah Tinggi menerapkan sistem tidur secara bergantian yang disepakati anggota keluarga masing-masing.
Sistem tersebut terpaksa diterapkan karena hunian yang tidak layak dan sempit dengan ukuran bervariasi, salah satunya dua kali tiga meter.
“(Satu rumah bisa) tiga keluarga. Ada cucu, nenek, anak. Kalau tidur, ya itu, memanfaatkan di mana tempat berteduh. Umpamanya, dia usaha, terus ada warung, ya merangkap jadi tempat hunian juga,” ungkap Imron.
“Iya, gantian. Itulah, sudah rahasia umum lagi di sini, (tidur) sif-sifan. Ini di tempat balai warga kami, kalau malam penuh dengan orang yang tidur,” ujar Imron.
Dia tidak bisa berbuat banyak dan memaklumi. Katanya, daripada bergerombol tidak jelas saat malam hari, lebih baik berkumpul di balai warga agar terkontrol dengan baik.
Baca juga: Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian
“Makanya tadi banyak yang tiduran kan? Habis mau gimana. Ini kasihan juga. Kadang juga ada anak-anak tidur di sini. (Kayak yang di belakang ini, sedang tidur), iya, dia supir bajaj, warga sini juga.
Misalnya malam ibu sama cucu, sama kakek, anak-anaknya pada keluar, gantian,” ungkap Imron.
Sebagai Ketua RW, Imron melihat banyak hunian warga yang tidak layak, baik area permukiman maupun tempat tinggal.
“Ventilasi udara, tidak memadai, tertutup dan (bangunannya) padat merayap. Dalam satu rumah, ukurannya tiga kali dua meter, tetapi dihuni oleh tiga keluarga. Kita bisa membayangkan, ini yang terjadi. Sehingga yang terjadi, tidurnya bergantian,” tutur Imron.
Baca juga: Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem