Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Kompas.com - 09/05/2024, 07:38 WIB
Shinta Dwi Ayu,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Utara, Kombes (Pol) Gidion Arif Setyawan tak ingin gegabah dalam melakukan penyidikan kasus tewasnya Putu Satria Ananta Rustika (19) di tangan seniornya sendiri, Jumat (3/5/2024).

"Saya memahami ini kasus yang memang human interestnya tinggi dan jadi keprihatian kita bersama karena terjadi di dunia pendidikan. Karena itu kami tidak gegabah dalam menentukan penyidikan berikutnya," ujar Gidion saat ditemui di Polres Metro Jakarta Utara, Rabu (8/5/2024).

Baca juga: Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Sampai saat ini, baru satu orang yang ditetapkan menjadi tersangka yakni Tegar Rafi Sanjaya (21).

Polisi tak menutup kemungkinan akan bertambahnya tersangka lain dalam kasus ini.

Namun, sampai saat ini, polisi masih melakukan penyidikan dan pengumpulan barang bukti.

"Dalam konteks pengumpulan barang bukti, kita juga melakukan penyidikan dengan hati-hati, kita melibatkan secara komperehensif juga ada pembuktian dari ahli dan sinkronisasi dari para ahli ini yang penting," sambung Gidion.

Sejauh ini, polisi sudah memeriksa 36 orang saksi yang terdiri dari para taruna STIP, keluarga korban, dan juga pihak kampus.

Keterangan para saksi itu akan disinkronisasi dengan rekaman CCTV dan alat bukti lainnya.

Baca juga: Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Gidion juga tak menutup kemungkinan ada penambahan jumlah saksi karena untuk kebutuhan penyidikan lebih lanjut.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Putu tewas usai dianiaya oleh seniornya yang bernama Tegar.

Tegar memukul bagian ulu hati Putu sebanyak lima kali sampai akhirnya lemas dan terkapar.

Saat terkapar, Tegar berusaha memberi pertolongan dengan menarik lidah Putu.

Namun, pertolongan dari Tegar justru salah dan membuat kondisi Putu semakin buruk.

Jalur pernapasan Putu menjadi tertutup hingga akhirnya tewas usai ditarik lidahnya.

Saat dilarikan ke klinik, nadi Putu sudah tidak lagi berdenyut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Isu Kaesang Maju Pilkada DKI, Pengamat : Modal Politiknya Campur Tangan Kekuasaan

Soal Isu Kaesang Maju Pilkada DKI, Pengamat : Modal Politiknya Campur Tangan Kekuasaan

Megapolitan
KASN Sebut Supian Suri Sudah Lakukan Pendekatan Politik Sebelum Masa Cuti Berlaku

KASN Sebut Supian Suri Sudah Lakukan Pendekatan Politik Sebelum Masa Cuti Berlaku

Megapolitan
Amarah Pria di Jakbar, Pukul Ayah Tiri yang Memaki Istrinya Berujung Ditangkap Polisi

Amarah Pria di Jakbar, Pukul Ayah Tiri yang Memaki Istrinya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
PAM Jaya Langsung Cek Rumah Warga Koja yang Keluhkan Airnya Asin dan Berminyak

PAM Jaya Langsung Cek Rumah Warga Koja yang Keluhkan Airnya Asin dan Berminyak

Megapolitan
Air di Koja Asin dan Berminyak, Dirut PAM Jaya Duga Ada Kebocoran Pipa

Air di Koja Asin dan Berminyak, Dirut PAM Jaya Duga Ada Kebocoran Pipa

Megapolitan
Soal Pilkada Jakarta, PSI Masih Tunggu Keputusan Kaesang dan Sikap Politik KIM

Soal Pilkada Jakarta, PSI Masih Tunggu Keputusan Kaesang dan Sikap Politik KIM

Megapolitan
Soal Isu Maju Pilkada DKI, PSI: Kaesang Sibuk Urus Persiapan Pemilihan di Berbagai Daerah

Soal Isu Maju Pilkada DKI, PSI: Kaesang Sibuk Urus Persiapan Pemilihan di Berbagai Daerah

Megapolitan
Beredar Poster Budi Djiwandono-Kaesang, PSI: Masyarakat Berharap Lahir Pemimpin Muda

Beredar Poster Budi Djiwandono-Kaesang, PSI: Masyarakat Berharap Lahir Pemimpin Muda

Megapolitan
Warga Keluhkan Minimnya Trotoar di Jaktim, Singgung Kawasan Cikini

Warga Keluhkan Minimnya Trotoar di Jaktim, Singgung Kawasan Cikini

Megapolitan
Istrinya Dimaki, Pemuda di Kebon Jeruk Pukuli Ayah Tiri

Istrinya Dimaki, Pemuda di Kebon Jeruk Pukuli Ayah Tiri

Megapolitan
Dilema Warga Koja Kesulitan Air Bersih, PAM Masih Bermasalah

Dilema Warga Koja Kesulitan Air Bersih, PAM Masih Bermasalah

Megapolitan
Jalan Terjal Supian Suri Maju Pilkada Depok Saat Berstatus ASN, Dua Kali Dilaporkan ke KASN

Jalan Terjal Supian Suri Maju Pilkada Depok Saat Berstatus ASN, Dua Kali Dilaporkan ke KASN

Megapolitan
Detik-detik Menegangkan Jatuhnya Besi Ribar di Lintasan MRT: Muncul Percikan Api, Penumpang Panik

Detik-detik Menegangkan Jatuhnya Besi Ribar di Lintasan MRT: Muncul Percikan Api, Penumpang Panik

Megapolitan
Warganya Terganggu, Ketua RW di Cilincing Usir Paksa 'Debt Collector' yang Mangkal di Wilayahnya

Warganya Terganggu, Ketua RW di Cilincing Usir Paksa "Debt Collector" yang Mangkal di Wilayahnya

Megapolitan
Jatuhnya Besi Ribar di Jalur MRT, Timbulkan Dentuman Keras dan Percikan Api Berujung Penghentian Operasional MRT

Jatuhnya Besi Ribar di Jalur MRT, Timbulkan Dentuman Keras dan Percikan Api Berujung Penghentian Operasional MRT

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com