Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketimbang Memajaki, Jokowi Pilih Beri Warteg Insentif

Kompas.com - 08/10/2013, 08:21 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Joko Widodo menegaskan usaha kecil seperti warung tegal (warteg) tidak perlu dijadikan obyek pajak. Malahan, menurutnya, usaha kecil semacam itu harusnya diberi pembinaan dan insentif agar terus berkembang.

"Warteg mau dipajaki apanya. Kayak kita kekurangan obyek pajak saja. Yang gede-gede kita kan banyak," ujar Jokowi, Senin (7/10/2013) sore.

"Malah harus diberi pembinaan, insentif, pengarahan melalui Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (KUKMP) kita punya," lanjutnya.

Mantan Wali Kota Surakarta tersebut mengibaratkan warteg sebagai sebuah telur yang berpotensi menetas dan berkembang baik. Jika warteg dipajaki, ia mengibaratkan, belum bertelur, sudah diganggu dengan pajak. Bagaimana dapat menetas.

Jokowi sekaligus menegaskan wacana sebelumnya bahwa ia akan merevisi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran dan Warteg. Setidaknya, ada dua poin dalam perda yang pelaksanaannya ditunda tersebut untuk direvisi, yakni soal definisi warteg dan klasifikasi omzet warteg.

"Warteg itu artinya apa dulu? Kedua, omzet yang mau dikenakan itu harusnya bukan warteg yang omzetnya kecil. Saya ngerti ada satu-dua warteg yang omzetnya besar, itu ya bagus," lanjutnya.

Dalam waktu dekat, kata Jokowi, pihaknya akan melaksanakan komunikasi dengan DPRD DKI demi terealisasinya revisi perda tersebut. Seperti diketahui, Perda DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran terhadap pedagang warteg digagas oleh Gubernur DKI Fauzi Bowo.

Dengan itu, para pedagang warteg yang beromzet Rp 540.000 sehari atau Rp 200 juta setahun dikenai pajak 10 persen. Sejumlah pihak mengkritik bahwa penerapan perda itu akan menyulitkan masyarakat yang kelaparan dan butuh makanan murah.

Oleh karenanya, penerapan perda tersebut pun terpaksa ditunda hingga Jokowi mewacanakan revisi, Minggu (6/10/2013). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com