Mereka mengungsi di peti kemas tersebut sejak Sabtu (18/1/2014) lalu. Satu peti kemas dihuni sekitar sebelas orang.
Somah (57), salah satunya. Bersama korban banjir lainnya, dia tidur dalam peti kemas seberat 24 ton tersebut dengan beralaskan karpet dan tikar seadanya.
"Kalau malam dingin banget di sini. Dinginnya sampai menusuk tulang," kata Somah, Jumat (24/1/2013).
Saat banjir menyerang rumahnya, Somah tidak sempat menyelamatkan pakaian bersihnya. Selama mengungsi, dia hanya memakai baju yang menempel di badannya.
Menurut Somah, banjir kali ini seperti banjir pada 2007 lalu. Ketinggian air 120-150 cm. Pada tahun 2007, dia juga mengungsi di peti kemas seperti saat ini, bersama ratusan orang lainnya.
Tohir, Ketua Kelompok Kampung Sepatan, mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga titik lokasi pengungsian di wilayahnya. Pertama di peti kemas, kedua di masjid perkampungan, dan ketiga di dalam permukiman yang permukaan tanahnya lebih tinggi dibandingkan lokasi banjir saat ini.
Menurut Tohir, wilayah Kampung Sepatan merupakan kawasan yang cukup rendah. Saat hujan deras mengguyur permukiman, tak jarang genangan hingga banjir kerap timbul di perkampungan.
Dari 1.600 jiwa (450 KK) yang tinggal di wilayah Sepatan, 1.000 di antaranya mengungsi karena rumah mereka terendam banjir. Saat ini, ketinggian air di Kampung Sepatan sudah sekitar 60 cm. Itu pun merupakan luapan air dari Kali Gendong yang berada tepat di sebelah kiri Kampung Sepatan.
Sebagian warga juga sudah kembali ke rumah masing-masing dari tempat pengungsiannya untuk membersihkan lumpur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.