Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir di Dekat Istana, Basuki Merasa Kecolongan

Kompas.com - 06/02/2014, 13:22 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kaget setelah mengetahui bahwa kawasan Medan Merdeka kembali terendam banjir pada Rabu (5/2/2014) kemarin.

Basuki mengira genangan di kawasan itu akan cepat surut saat hujan reda. Namun, perkiraan itu meleset. Kemarin, banjir tetap menggenangi Jalan Medan Merdeka Timur, Medan Merdeka Barat, dan Medan Merdeka Utara depan Istana Merdeka. Genangan itu juga mengakibatkan kemacetan lalu lintas. "Makanya, memang kita kecolongan," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Kamis (6/2/2014).

Menurut Basuki, air hujan seharusnya tidak sampai menggenangi kawasan penting pemerintahan tersebut. Basuki menilai warga tidak menaati peraturan sehingga banyak yang membuang sampah sembarangan, baik ke dalam drainase maupun saluran penghubung lain di sekitar kawasan tersebut.

Tak hanya itu, galian utilitas yang dibuat oleh swasta maupun lembaga, seperti PLN, PAM, dan Telkom, membuat genangan semakin bertambah. Menurut Basuki, instansi-instansi itu hanya menggali, tetapi tidak menutup dan menyelesaikan kembali pekerjaannya dengan baik. Kabel galian yang tidak teratur di dalam tanah itu menyebabkan saluran air menjadi mampet.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membentuk satgas Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Kebersihan DKI Jakarta untuk mendata jalan-jalan mana saja yang dipenuhi sampah. Ini dilakukan agar sampah itu segera diangkut dan tidak menghambat saluran air.

Satgas itu juga bertugas membersihkan saluran air di lima wilayah Ibu Kota, khususnya saluran air di bawah badan jalan atau jalur pedestrian. Satgas air ini sudah dibentuk sejak November 2013 dengan tugas memantau lokasi genangan air di seluruh wilayah Jakarta. Mereka juga harus melaporkan ke dinas terkait.

Basuki mengatakan, para pelanggar Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah dan warga yang membuang sampah sembarangan dapat ditindak dengan denda yang berlaku. Jika tidak, maka banjir akan terus terjadi di Jakarta.

"Pasar kaget jadi penyebab utama banjir karena mereka (pedagang) biasanya buang sampah sayurnya sembarangan. Kalau tidak ditindak, banjir, kalau ditindak dituding pelanggar HAM," kata dia.

Basuki mengatakan, penyebab banjirnya kawasan dekat Istana Negara terjadi karena hujan lokal, bukan karena pintu air Manggarai yang dibuka atau banjir kiriman dari daerah hulu. Berdasarkan pantauan kamera CCTV, air di pintu air Cideng dalam keadaan rendah dan tidak berpotensi banjir. Namun, ternyata saluran penghubung dari Jalan Abdul Muis menuju Cideng mampet hingga menyebabkan air meluap dan banjir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com