Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/12/2014, 07:08 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di sela rapat antisipasi banjir di Ibu Kota, sebuah cerita tak biasa meluncur dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Dia bercerita soal sejarah namanya.

"Nama saya sebenarnya Saiful Hidayat. Djarot itu artinya ya anak laki-laki," kata mantan Wali Kota Blitar itu, sejenak mengalihkan topik pembicaran, Jumat (19/12/2014).

Rapat ini diikuti oleh sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD), serta perwakilan dari Polda Metro Jaya, Kodam Jaya, Komando Armada RI Kawasan Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, dan Badan SAR Nasional.

Raut muka para peserta rapat pun terlihat menunggu penjelasan lanjutan Djarot soal ceritanya itu. Semasa kecil, ujar dia, ada kerabat ibunya yang juga adalah pelanggan dagangan sang ibu.

Setiap kali memanggil ibunya, lanjut Djarot, kerabat itu selalu menggunakan sebutan "Ibu Djarot". Lama kelamaan, panggilan itu seolah menjadi nama. "(Saya) lama-lama dipanggil Djarot terus."

Di akta kelahirannya, kata Djarot, semula nama yang tersemat juga hanya "Saiful Hidayat". Namun, nama itu akhirnya diganti dengan imbuhan "Djarot" juga.

Selain karena kebiasaan panggilan itu, tutur Wakil Gubernur DKI yang baru beberapa hari dilantik itu, ada faktor keyakinan masyarakat setempat yang membuat tambahan itu tersemat permanen sebagai namanya.

Djarot mengaku semasa kecil kerap sakit-sakitan. Kepercayaan masyarakat setempat berkeyakinan dia perlu ganti nama, dan resmilah "Djarot" menjadi nama pertamanya.

Adapun Saiful, kata Djarot, artinya adalah pedang. Lalu, Hidayat berarti petunjuk. Dengan tambahan nama "Djarot", dia berkeyakinan ibunya menyisipkan doa bahwa si bocah yang sempat sakit-sakitan itu kelak akan menjadi anak laki-laki yang akan bisa memimpin dan memberikan petunjuk maupun teladan.

"Ibu juga berdoa supaya pas gede, berkumis, dan agak ganteng," imbuh Djarot yang sontak mengundang tawa dari para peserta rapat. Lalu, rapat pun berlanjut dengan suasana lebih segar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com