Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penumpang KRL yang Terkena Denda

Kompas.com - 26/03/2015, 10:48 WIB
Ai Chintia Ratnawati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gita (23) tertahan di pintu keluar Stasiun Juanda. Dia berulang kali menempelkan tiket harian berjamin (THB), tetapi lampu gate out tidak menyala.

Gita kebingungan dan mundur membiarkan pengguna jasa lainnya keluar terlebih dahulu. Kemudian petugas keamanan daerah (PKD) datang menghampiri Gita. Ternyata Gita salah berhenti stasiun. Gita tetap keluar dari Stasiun Juanda. Hanya saja, kartu THB-nya hangus sehingga tidak bisa ditukarkan dengan uang.

"Saya tadi bilangnya turun di Sudirman, tapi keretanya kelamaan, akhirnya saya pilih kereta yang menuju ke Kota dan turun di Juanda," kata karyawan swasta ini, Kamis (26/3/2015).

Gita tidak keberatan karena dia yang salah turun stasiun. Saat ditanya mengenai kenaikan jaminan THB menjadi dua kali lipat, Gita mengaku akan lebih tertib lagi.

"Wah, naik ya. Sayang juga kalau nanti hangus Rp 10.000, saya akan lebih tertib," katanya.

Tidak hanya Gita, Sapri (20) juga bermasalah dengan kartu e-money-nya saat hendak keluar dari stasiun. Saat didatangi petugas, ternyata Sapri tidak menempelkan kartunya ketika hendak masuk.

"Dia enggak menempelkan kartu di gate in," kata Ruslan, PKD yang membantu Sapri.

Kemudian, Sapri disarankan ke loket agar e-money-nya bisa digunakan kembali. "Biar bisa digunakan ke loket dulu dilakukan pembersihan, tapi uangnya terpotong Rp 7.000," kata Ruslan.

Saat dikonfirmasi, Sapri mengatakan tidak menempel kartunya di gate in Stasiun Pasar Senen karena mesinnya rusak sehingga dia dibantu petugas untuk masuk.

"Eh pas udah di sini kok malah kena denda ya," katanya kepada Kompas.com dengan muka kesal.

Junior Suvervisor Keamanan Stasiun Juanda, Sudiyono, mengatakan, setiap harinya antara 20 sampai 25 pengguna jasa KRL Commuter Line membayar denda penalti atau tidak mendapatkan uang dari kartu THB. Rata-rata mereka kelebihan satu stasiun.

"Rata-rata kelebihan stasiun, misal bilangnya mau turun di Cikini, tapi malah di Gondangdia, biasanya para pengguna dari Bogor dan Tangerang," katanya.

Selain karena turun setelah melewati stasiun tujuan, menurut Sudiyono, biasanya pengguna Commuter Line tidak menempelkan tiketnya di pintu masuk sehingga akan terbaca di pintu keluar. 

Sudiyono mengatakan, banyak yang belum memahaminya sehingga masih banyak pula yang terkena penalti. Padahal, di dalam kereta sudah dipasang aturan tentang penalti dan denda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com