Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuntut Kesejahteraan, Sopir Transjakarta Koridor 5 dan 7 Mogok

Kompas.com - 01/06/2015, 14:39 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pramudi transjakarta yang melayani koridor 5 dan 7 dari salah satu operator yakni Jakarta Mega Trans (JMT) melakukan mogok operasi, Senin (1/6/2015). Keputusan ini diambil para pramudi JMT karena menuntut peningkatan kesejahteraan dan kenaikan gaji.

Puluhan pramudi yang berkantor di pul di Terminal Rambutan, Jakarta Timur itu, mogok beroperasi mulai pagi hari hingga pukul 12.00. Para pramudi jurusan PGC-Harmoni dan PGC-Ancol itu hingga kini masih bernegosiasi dengan pimpinan di JMT. [Baca: Tak Ada Bus, Penumpang Transjakarta Menumpuk di Halte PGC]

Salah satu pramudi bus JMT, Fatma (41), mengatakan, mereka berharap ada peningkatan gaji dari yang diberikan saat ini. Para pramudi bus JMT hanya bergaji UMR, yakni Rp 2,7 juta.

"Kita mau sama kayak (operator) yang lain juga dong," kata Fatma, saat ditemui di pul JMT, Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Senin siang.

Fatma berujar, kesejahteraan mereka memperihatinkan. Operator juga terkadang memotong gaji secara sepihak, misalnya untuk kasus sakit. Sehari, sopir JMT dibayar Rp 90.000 plus uang makan Rp 52.000. Jika sehari tak masuk karena sakit, mereka bisa kehilangan Rp 142.000.

Menurut Fatma, tuntutan karyawan untuk meminta peningkatan kesejahteraan mendapat respons buruk dari pimpinan JMT. "Pernah kita bilang, tapi orangnya langsung emosi. Jadi kita enggak kedapatan omong. Katanya kalau kalian nyamakan dengan yang lain, silakan keluar dari sini. Silakan angkat kaki," ujar Fatma.

Pramudi JMT lain mengungkapkan hal yang sama. Karena bekerja sebagai sopir transjakarta, keluarga bahkan kerabatnya memiliki gaji seperti yang sering diberitakan televisi Rp 7 juta.

"Banyak yang bilang ke saya gajinya Rp 7 juta. Jangankan itu, keluarga-keluarga saya aja pada bilang saya gaji Rp 7 juta. Boro-boro Rp 7 juta, ternyata saya Rp 2,7 juta," ujar pramudi yang tak mau disebutkan namanya itu.

Sementara itu, para pramudi JMT menempeli kaca bus transjakarta dengan berbagai spanduk aspirasi. Di antaranya bertuliskan "Kami menjalankan tugas yang sama, aturan yang sama!. Di jalur yang sama, tapi kenapa pendapatan kami beda???" "Mana gaji 3,5xUMP" "Jangan dustakan kami. 2000/km tuntutan kami", dan lain-lain.

Sampai saat ini Kompas.com, belum berhasil meminta konfirmasi dari manajemen JMT. Rapat dengan para pramudi pun masih berlangsung. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com