Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pihak PT Mandom Pun Belum Tahu Penyebab Meledaknya Instalasi Gas

Kompas.com - 12/07/2015, 19:16 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Keluarga korban mempertanyakan mengenai keamanan PT Mandom Indonesia menyusul kasus ledakan dan kebakaran yang merenggut 6 korban tewas serta melukai sekitar 52 orang pekerja pabrik itu.

Ledakan yang mengakibatkan kebakaran itu bersumber dari area pengisian aerosol yang menggunakan gas di salah satu gedung pada PT Mandom.

Direktur Factory 1 PT Mandom Indonesia Tugiyono mengatakan, pihaknya menerapkan standar operasional prosedur (SOP) terkait pengoperasian dan keamanan gas.

Tugiyono mengatakan, pihaknya melakukan pengecekan instalasi gas sejak mulai operasi hingga berakhir. Terdapat tim khusus pula yang ditugasi untuk melakukan pemeriksaan instalis gas.

Sampai saat ini, pihaknya mengklaim tidak menemukan "hal yang tidak baik" pada instalasi gas di perusahaan yang bergerak dibidang kosmetik itu.

"Sampai saat ini kami tidak bisa menentukan itu tidak baik (instalasi gas), tetapi kami (sudah) periksa tidak menemukan hal semacam itu," kata Tugiyono, dalam jumpa pers di Hotel Mahakam, Jakarta Selatan, Minggu sore.

Menurut dia, tiap pagi, dilakukan pemeriksaan pada sambungan-sambungan aliran gas, supaya tidak terjadi kebocoran. Pihaknya juga memiliki alat detektor kalau ada kebocoran, yang akan membuat alarm bunyi. Namun, ia tak dapat menyebut apakah alarm tersebut bunyi atau tidak ketika kejadian.

"Sampai saat ini kita tidak bisa menemukan itu bunyi atau tidak, atau bertanya ke operator di situ," ujar Tugiyono.

Terkait informasi adanya pekerja yang menyebutkan adanya bau kebocoran gas yang sering terjadi, pihaknya pun belum dapat memastikan.

"Kami belum bisa pastikan bau itu dari luar atau tidak. Gas yang dipakai kosmetik tidak boleh bau. Makanya prosesnya melalui filter. Makanya aneh, kok ada gas bau," ujar Tugiyono.

Selain itu, Tugiyono mengatakan, mesin atau alat yang dioperasikan perusahaan itu usianya masih cukup bagus. Alat yang dioperasikan usianya baru sekitar 3 sampai 4 tahun pindahan dari Sunter ke Cibitung.

Pihaknya menerapkan kebijakan penggantian alat pada usia 8 tahun. Kecuali, alat itu rusak terlebih dulu maka akan diganti. Dirinya belum dapat menyimpulkan apakah mungkin terjadi kerusakan instalasi yang dioperasikan. Menurut dia, aparat berwajib sedang bekerja menyelidiki hal ini.

"Jadi saya tidak bisa (mengatakan) kalau benar mungkin ada kelalaian atau kerusakan instalasi, itu pun saya tidak bisa pastikan. Ini masih dalam proses penyelidikan kepolisian," ujar Tugiyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com